Sebelumnya, gue mau ngucapin selamat hari jadi dulu buat gue dan pacar gue, Euis, yang kedua tahun tepat 9 oktober kemarin. Gue bahagia bener, soalnya ini pertama kalinya gue pacaran sampai selama ini. karena kebeneran, dulu gue memang belum pernah punya pacar. Tapi gue bahagia, ini pertama kalinya gue pacaran, dan gue semakin yakin kalau dia bakal jadi yang terakhir buat gue juga. Setelah apa yang telah kita lalui selama ini, kayanya gue merasa sama dengan dia. kita memang sama dalam banyak hal, seperti, kita sama-sama suka, kita sama-sama punya orangtua, dan yang terpenting, kita sama-sama suka nonton doraemon. Untuk mencari pasangan yang bakal setia, carilah pasangan yang menurut kita dia itu sama dengan kita, mulai dari karakternya, sampai kekehidupan keluarganya, carilah yang sama. Dengan kesamaan itulah, kita akan mudah mengerti satu sama lain.
Selama gue pacaran dengan Euis pun gue merasa bebas, gue gak perlu harus repot-repot menjadi orang lain hanya demi membuat dia terkesan. Gue hanya perlu menjadi diri gue sendiri yang apa adanya dan gak ada apa-apanya. Karena Euis ini termasuk cewek yang bisa nerima cowok apa adanya. Walaupun dia suka doraemon, tapi dia bukan termasuk tipe cewek yang banyak nuntut. Die menganggap kalo kekurangan gue adalah sesuatu yang wajar, dan tidak perlu dipermasalahkan. Karena menurut dia yang terpenting adalah sikap gue yang harus bisa ngejaga perasaan dia.
Di tahun yang kedua ini, banyak sekali kejadian-kejadian aneh gue dengan dia, yang gue coba untuk ingat kembali. Gue gali terus memori otak gue sampai yang paling dalam, dan akhirnya gue inget untuk pertama kalinya gue megang tangan dia. waktu itu gue telah pacaran dengan dia selama kurang lebih empat bulan, setelah empat bulan pacaran, gue baru berani megang tangan dia. bayangin, empat bulan pacaran, gue baru berani megang tangan dia. beda banget sama anak muda sekarang, yang baru aja pacaran seminggu, tapi bibir udah monyong-monyong minta cium.
Waktu itu kita berdua sedang ingin menyebrang jalan menuju 21cinema untuk menonton film. Saat itu gue mikir, inilah kesempatan gue untuk bisa megang tangan dia, dan gue harus berani megang tangan dia erat-erat. disaat kita berdua sedang ingin menyebrang, gue langsung bilang ke dia…
“doh, aku pegang tangan kamu ya” kata gue “hanya untuk nyebrang jalan aja kok”
“iya doh” Euis memberi ijin.
Kita berdua pun nyebrang jalan sambil tuntunan, persis seperti di film drama korea, romantis namun sedikit amis.
Sesampainya di seberang, gue langsung melepaskan genggaman tangan kita, tapi baru aja gue ngelepasin genggamannya, dengan sigap Euis kembali megang tangan gue.
“kenapa dilepasin? pegang aja gak apa-apa” kata Euis, sambil memegang tangan gue.
Saat itu gue nggak menyangka kalau Euis akan berani berbuat nekat seperti ini, gue kaget, rasanya ingin sekali gue ngejerit, terus ngomong, IYEEEE!. Tapi gue nggak berani, karena takut dikatain gila.
“iya” jawab gue, singkat. Agar terlihat cool.
Sepanjang perjalanan kita berdua terus saja begandengan tangan sampai ke 21cinema. Walaupun banyak orang yang ngeliatin kita berdua, tapi saat itu gue nggak mempedulikan mereka. Karena saat itu yang ada di pikiran gue hanya satu, gue-bisa-pegang-tangan-dia. dan gue bahagia. Gak perduli orang lain mau menilai kita seperti apa, ketika itu gue nggak ada rasa malu sama sekali, walaupun sejujurnya gue orangnya pemalu, tapi ketika gue megang tangan dia, rasa malu itu langsung hilang.
Rencananya untuk merayakan hari jadi kita yang kedua tahun, gue ingin mengajak dia nonton. Gue akan ngajak dia nonton film Manusia Setengah Salmon. Sengeja gue milih nonton film itu karena, di film itu banyak sekali adegan lucu yang mungkin bisa ngebuat dia ketawa, dan gue udah riset, kalo kita bisa membuat pasangan kita ketawa, berarti kita sudah bisa mendapatkan dia sepenuhnya.
Gue udah mempersiapkan rencana ini sebaik mungkin, bahkan gue udah bilang ke dia kalau gue mau ngajak dia nonton, dan dia terlihat senang.
“serius mau ngajak aku nonton?” tanya Euis, dengan wajah semeringah.
“iya, kamu mau kan?” kata gue.
“mau, mau. aku kan udah lama gak nonton”
“sama aku juga udah lama gak nonton, soalnya tipi di rumah aku rusak. haha”
“haha, lucu!”
Gue merasa kalo belakangan ini gue udah jarang ngajak dia maen, nggak seperti di awal-awal kita pacaran yang setiap minggu pasti ada waktu maen. Sekarang ini kita udah mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Kita hanya ketemu di sekolahan aja, tepatnya di jam istirahat. Karena hanya saat itulah kita bisa mengobrol bersama. Mungkin ini yang membuat Euis sangat senang ketika gue ngajak dia nonton.
“eh, kamu inget gak pas pertama kali kita pergi nonton” lanjut Euis, membuyarkan lamunan gue.
“inget, pas empat bulan pertama kita pacaran kan?” kata gue.
“iya, lucu ya waktu itu”
“lucu? apanya yang lucu?”
“lucu aja,” euis memberikan penjelasan “waktu itu kita kan nonton film horor, padahal kan waktu itu banyak film romantis, tapi kita lebih memilih nonton film horor”
“haha, iya juga, kok bisa ya?”
“mungkin saat itu kita tidak terlalu mempedulikan apa-apa, karena kita sudah terlalu senang bisa pergi nonton”
“iya juga ya, waktu itu aku merasa jalan berdua dengan kamu aja udah seneng banget”
“hemm.. aku kangen kita yang dulu”
“iya aku juga.”
Sekarang gue baru sadar, kalau dulu itu kita berdua sangat romantis. Kalau mau kemana-mana kita harus rela naik angkutan umum, karena dulu itu gue belum punya kendaraan. Padahal dulu itu gue merasa kalau cara pacaran kita itu kaya anak kecil, tapi justru sekarang gue merasa kalau yang kaya anak kecil itulah yang gue inginkan saat ini. bukan hanya menaiki angkutan umum aja, ketika makan pun kita sering banget makan satu piring berdua, walaupun aneh, tapi itulah yang gue kangenin saat ini. kalau sekarang kayanya kita gak mau lagi naik angkutan umum bila mau pergi main, atau tidak mau lagi makan sepiring berdua, apabila kita tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli dua piring makanan, kita lebih tidak memilih untuk makan.
Dari semua nostalgia yang gue inget itulah, nantinya disaat gue akan pergi bareng dia, gue akan melakukan berbagai hal yang dulu pernah gue lakuin. Gue akan mencoba memegang tangan dia lagi saat sedang jalan, gue mau mencoba makan sepiring berdua lagi dengan dia, dan gue juga mau bilang kalau gue sayang banget sama dia, persis seperti waktu pertama kali gue nembak dia.
Tepat di hari kita akan pergi nonton, gue menjemput dia.
Setelah sampai, dan saat gue melihat dia, gue merasa kalau malem itu dia terlihat dewasa sekali, dia mengenakan celana jeans warna crem dengan blazer hitam, dia terlihat cantik dan dewasa dengan pakaian itu. Sedangkan gue, gue hanya memakai pakaian seperti anak kecil, yaitu sendal jepit dan celana cino sama baju kerah warna biru. Gue jadi merasa kalau sedang jalan dengan majikan sendiri malam itu.
“kamu kok lama nyusul aku nya, nanti filmnya keburu mulai loh” kata Euis, sambil naik ke atas motor.
“maaf ya, tadi aku nganter ibu dulu soalnya” gue memberi alesan.
“ya udah gak papa”
“kamu keliatan dewasa malam ini” kata gue, mencoba menilai cara berpakaian dia.
“iya tah doh, tapi kamu suka kan?”
“oh suka, suka banget. Jadi terlihat beda aja kamunya”
“makasih ya, kamu juga terlihat keren kok”
“ah yang bener” gue mulai ge-er, sambil senyum sendiri.
“iya kalo dibandingin sama anak kecil di depan rumah aku, haha”
“hahah.” Gue malah sok-sokan ketawa, padahal hati menangis.
Gue udah berencana ketika nanti disaat kita telah sampai tujuan, dan telah turun dari motor, gue akan langsung gandeng tangan dia. dan gue juga berencana untuk ngajak dia makan dulu sebelum nonton. Gue akan makan bareng dia sepiring berdua. Setelah itu gue akan ngomong ke dia, kalau gue sayang banget sama dia. pokoknya, semua rencana itu harus gue lakuin.
Sesampainya di tempat tujuan, dan motor telah terparkir. Gue yang tadinya berencana untuk megang tangan dia, ternyata gagal, karena saat itu ramai sekali orang, membuat gue malu untuk megang tangan dia. terus disaat gue mau ngajak dia makan, lagi-lagi gagal. Karena film yang akan kita tonton itu ternyata sudah mau mulai. Dua rencana yang telah gue persiapkan pun gagal total. Semua ini semakin diperparah dengan kita yang kebagian tempat duduk paling depan saat nonton nanti. Gue yakin kalo nanti pas udah selesai nonton mata gue akan keluar, dan leher gue akan berputar 180 derajat, karena kedeketan nontonnya.
“gak papa ya doh nontonnya paling depan?” tanya gue.
“ya udah doh gak papa deh” jawab Euis, pasrah
“coba kita datengnya lebih awal ya”
“kamu si kelamaan”
“iya iya maaf. Ya udah yuk masuk”
“iya”
Setelah berada di dalam bioskop, dan film telah diputar. Kita berdua pun mulai menikmati suasana yang tercipta. Sesekali kita ketawa dengan satu adegan yang kita anggep lucu, dan sesekali gue melihat ke arah dia. ketika itu gue merasa seneng bener karena telah memberikan dia kebahagiaan, walaupun hanya sedikit. Gue pegang tangan dia erat-erat, dan dia ngebales pegangan tangan gue, terus kepala dia direbahkan tepat di atas pundak gue. gue merasa, kalau inilah yang gue cari selama ini, sudah jarang kita mendapat kesempatan untuk sedekat ini. sebab itulah gue mau menikmatinya sebaik mungkin.
Ada satu adegan di film itu yang nanti akan gue tiru, yaitu disaat si Dika mengantar Patricia pulang, terus setelah sampai di rumah Patricia, Dika langsung ngomong makasih ke Patricia untuk malem ini. Patricia hanya tersenyum ketika Dika ngomong seperti itu. Dan gue menganggap itu satu hal yang romantis, dan gue akan menirunya nanti ketika gue nganter dia pulang.
Setelah lebih dari satu jam, akhirnya film itu berakhir. Dengan begitu pegangan tangan kita berakhir juga. Kita langsung keluar dari ruangan bioskop, dan langsung menuju tempat parkir. Gue sadar saat itu, kalau gue hanya berani megang tangan dia disaat orang lain tidak ada yang melihat. Kita berjalan bersampingan sambil sesekali ketawa karena teringat adegan lucu di film tadi.
Di atas motor, kita berdua hanya diem-dieman, sekarang Euis memeluk badan gue dari belakang dengan kepala yang kembali ditempelkan di pundak gue. sepertinya saat itu Euis sudah terlalu lelah, karena waktu pun sudah menunjukan pukul sepuluh malam, yang bagi kita itu sudah terlalu malam. Banyak sekali yang gue fikirkan saat itu di atas motor, sesuatu yang gue anggap telah hilang dari cara kita berpacaran. baik dulu dan sekarang, gue udah merasa beda. Tidak ada lagi yang namanya pegangan tangan saat berjalan, tidak ada lagi makan sepiring berdua. Satu hal yang masih tersisa sampai saat ini adalah, gue masih sayang sama dia, begitupun sebaliknya. Gue merasa kalau kita mungkin sudah terlalu dewasa, sehingga kita tidak perlu lagi memperlihatkan kemesraan di depan orang banyak, hanya kita berdua sajalah yang tau bagaimana kita.
Sesampainya di depan rumah Euis, setelah dia turun dari motor gue langsung ngomong seperti di film tadi…
“makasih ya doh untuk malem ini” kata gue, menirukan Dika di film tadi.
“ye, kamu niruin adegan di film tadi ya” sahut Euis “huu gak kreatif” ternyata Euis sudah hafal bener dengan cerita film tadi. Gue sempet malu saat itu, gue diem sebentar memandang mata dia, lalu ngomong lagi.
“tapi serius lu, aku seneng banget malem ini” lanjut gue.
“yang bener?” tanya Euis.
“iya beneran, makasih ya udah mau nemenin aku malam ini. Aku sayang banget sama kamu” kata gue, berharap Euis tidak nangis setelah mendengar kata-kata itu dari gue.
Euis hanya senyum, dia tidak membalas kata-kata yang tadi gue ucapkan, dia hanya memandang tajam ke dalam mata gue, seolah memberi tahu kalau dia juga sayang sama gue dan dia bahagia malam ini.
0 comments