Friday, April 8, 2016

CINTA BUKANLAH MODAL UTAMA DALAM PERNIKAHAN

Kisah nyata akhwat gorontalo :
Namaku mariani orang-orang biasa memangilku aryani, ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga hari ini masih belum lekang dalam benakku, sebuah kisah yang nyaris membuatku menyesal seumur hidup bila aku sendiri saat itu tidak berani mengambil sikap. Yah, sebuah perjalanan kisah yang sungguh aku sendiri takjub dibuatnya, sebab aku sendiri menyangka bahwa didunia ini mungkin tak ada lagi orang seperti dia.
Tahun 2007 silam, aku dipaksa orang tuaku menikah dengan seorang pria, kak arfan namanya, kak arfan adalah seorang lelaki yang tinggal sekampung denganku, tapi dia seleting dengan kakakku saat sekolah dulu, usia kami terpaut 4 tahun, yang aku tahu, bahwa sejak kecilnya kak arfan adalah anak yang taat kepada orang tuanya, dan juga rajin ibadahnya, dan tabiatnya seperti itu terbawa-bawa sampai ia dewasa,
Aku merasa risih sendiri dengan kak arfan apabila berpapasan di jalan, sebab sopan santunya sepertinya terlalu berlebihan pada orang-orang, geli aku menyaksikannya, yah, kampungan banget gelagatnya…,
Setiap ada acara-acara ramai di kampungpun kak arfan tak pernah kelihatan bergabung sama teman-teman seusianya, yaah, pasti kalau dicek kerumahnyapun gak ada, orang tuanya pasti menjawab:
Kak arfan dimesjid nak, menghadiri taklim”,
Dan memang mudah sekali mencari kak arfan, sejak lulus dari pesantren al-khairat kota gorontalo, kak arfan sering menghabiskan waktunya membantu orang tuanya jualan, kadang terlihat bersama bapaknya dikebun atau disawah, meskipun kadang sebagian teman sebayanya menyayangkan potensi dan kelebihan-kelebihannya yang tidak tersalurkan.
Secara fisik memang kak arfan hampir tidak sepadan dengan ukuran ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sebab kadang gadis-gadis kampung suka menggodanya kalau kak arfan dalam keadaan rapi menghadiri acara-acara di desa, tapi bagiku sendiri itu adalah hal yang biasa-biasa saja, sebab aku sendiri merasa bahwa sosok kak arfan adalah sosok yang tidak istimewa,
Apa istimewanya menghadiri taklim, kuper dan kampunga banget, kadang hatiku sendiri bertanya, koq bisa yah, ada orang yang sekolah dikota namun begitu kembali tak ada sedikitpun ciri-ciri kekotaan melekat pada dirinya, hp gak ada, selain bantu orang tua, pasti kerjanya ngaji, sholat, taklim dan kembali kekerja lagi, seolah ruang lingkup hidupnya hanya monoton pada itu-itu saja,
Ke bioskop kek, ngumpul bareng teman-teman kek stiap malam minggunya di pertigaan kampung yang ramainya luar biasa setiap malam minggu dan malam kamisnya, apalagi setiap malam kamis dan malam minggunya ada acara curhat kisah yang top banget disebuah station radio swasta di gorontalo, kalau tidak salah ingat nama acaranya suara hati dan nama penyiarnya juga satrio herlambang.
Waktu terus bergulir dan seperti gadis-gadis modern pada umumnya yang tidak lepas dengan kata pacaran, akupun demikian, aku sendiri memiliki kekasih yang begitu sangat aku cintai, namanya boby, masa-masa indah kulewati bersama boby, indah kurasakan dunia remajaku saat itu, kedua orang tua boby sangat menyayangi aku dan sepertinya memiliki sinyal-sinyal restunya atas hubungan kami,
Hingga musibah itu tiba, aku dilamar oleh seorang pria yang sudah sangat aku kenal yah siapa lagi kalau bukan sikuper kak arfan lewat pamanku orang tuanya kak arfan melamarku untuk anaknya yang kampungan itu,
Mendengar penuturan mama saat memberitahu padaku tentang lamaran itu, kurasakan dunia ini gelap, kepalaku pening…, aku berteriak sekencang-kencangnya menolak permintaan lamaran itu dengan tegas dan terbelit-belit aku sampaikan langsung pada kedua orang tuaku bahwa aku menolak lamaran keluarganya kak arfan, dan dengan terang-terangan pula aku sampaikan pula bahwa aku memiliki kekasih pujaan hatiku, boby. 
Mendengar semua itu ibuku shock dan jatuh tersungkur kelantai, akupun tak menduga kalau sikapku yang egois itu akan membuat mama shock, baru kutahu bahwa yang menyebabkan mama shok itu karena beliau sudah menerima secara resmi lamaran dari orang tuanya kak arfan, hatiku sedih saat itu, kurasakan dunia begitu kelabu, aku seperti menelan buah simalakama, seperti orang yang paranoid, tidak tahu harus ikut kata orang tua atau lari bersama kekasih hatiku boby.
Hatiku sedih saat itu..
Dengan Berat hati dan penuh kesedihan aku menerima lamaran kak arfan untuk menjadi istrinya dan kujadikan malam terakhir perjumapaanku dengan boby di rumahku meluapkan kesedihanku, meskipun kami saling mencintai tapi mau tidak mau boby harus merelakan aku menikah dengan kak arfan karena dia sendiri mengakui bahwa dia belum siap membina rumah tangga saat itu.
Tanggal 11 agustus 2007 akhirnya pernikahankupun digelar, aku merasa bahwa pernikahan itu begitu menyesakkan dadaku, air mataku tumpah di malam resepsi pernikahan itu, ditengah senyuman orang-orang yang hadir pada acara itu, mungkin akulah yang paling tersiksa, karena harus melepaskan masa remajaku dan menikah dengan lelaki yang tidak pernah kucintai.
Dan yang paling membuatku tak bisa menahan air mataku, mantan kekasihku boby hadir juga pada resepsi pernikahan tersebut, ya Allah mengapa semua ini harus terjadi padaku ya Allah…mengapa aku yang harus jadi korban dari semua ini?
Waktu terus berputar dan malampun semakin merayap, hingga usailah acara resepsi pernikahan kami, satu persatu para undangan pamit pulang hingga sepilah rumah kami, saat masuk kedalam kamar, aku tidak mendapati suamiku kak arfan didalamnya,
Dan sebagai seorang istri yang hanya terpaksa menikah dengannya maka akupun membiarkannya dan langsung membaringkan tubuhku setalah sebelumnya menghapus make-up pengantinku dan melepaskan gaun pengantinku, aku bahkan tak perduli kemana suamiku saat itu, karena rasa capek dan diserang kantuk akupun akhirnya tertidur.
Tiba-tiba disepertiga malam aku tersentak tak kala melihat ada sosok hitam yang berdiri disamping ranjang tidurku, dadaku berdegup kencang, aku hampir saja berteriak histeris andai saja saat itu tak kudengar serua takbir terucap lirih dari sosok yang berdiri itu, perlahan kuperhatikan dengan seksama, ternyata sosok yang berdiri disampingku itu adalah kak arfan suamiku yang sedang sholat tahajud, perlahan aku baringkan tubuhku sambil membalikkan diriku membelakanginya yang saat itu sedang sholat tahajud. 
Ya Allah aku lupa bahwa sekarang aku telah menjadi istrinya kak arfan, tapi meskipun demikian aku masih tak bisa menerima kehadirannya dalam hidupku, saat itu karena masih dibawah perasan ngantuk, akupun kembali teridur, hingga pukul 04.00 dini hari kudapati suamiku sedang tidur beralaskan sajadah dibawah ranjang pengantin kami,
Dadaku kembali berdegung kencang kala mendapatinya, aku masih belum percaya kalau aku telah bersuami, tapi ada sebuah tanya terbetik dalam benakku, mengapa dia tidak tidur diranjang bersamaku, kalaupun dia belum ingin menyentuhku, paling gak dia tidur seranjang denganku itukan logikanya, ada apa ini ? Ujarku perlahan dalam hati.
Aku sendiri merasa bahwa mungkin malam itu kak arfan kecapekan sama sepertiku sehingga dia tidak mendatangiku dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami, tapi apa peduliku dengan itu semua, toh akupun tidak menginginkannya, gumamku dalam hati.
Hari-hari terus berlalu, dan kamipun mejalani aktifitas kami masing-masing, kak arfan bekerja mencari rezeki dengan pekerjaannya, dan aku dirumah berusaha semaksimal mungkin untuk memahami bahwa aku telah bersuami, dan memiliki kewajiban melayani suamiku, yah minimal menyediakan makanannya, meskipun kenangan-kenangan bersama boby belum hilang dari benakku, aku bahkan masih merinduinya.
Semula kupikir bahwa prilaku kak arfan yang tidak pernah menyentuhku dan menunaikan kewajibannya sebagai suami itu hanya terjadi malam pernikahan kami, tapi ternyata yang terjadi hampir setiap malam sejak malam pengantin itu kak arfan selalu tidur beralaskan permadani dibawah ranjang atau tidur diatas sofa didalam kamar kami, dia tidak pernah menyentuhku walau hanya menjabat tanganku,
Jujur segala kebutuhanku selalu dipenuhinya, secara lahir dia selalu mafkahiku, bahkan nafkah lahir yang dia berikan lebih dari apa yang aku butuhan, tapi soal biologis, kak arfan tak pernah sama sekali mengungkit-ngungkitnya atau menuntutnya dariku, bahkan yang tidak pernah kupahami, pernah secara tidak sengaja kami bertabrakan didepan pintu kamar dan kak arfan meminta maaf seolah merasa bersalah karena telah menyetuhku. 
Ada apa dengan kak arfan ?
Apa dia lelaki normal ?
Kenapa dia begitu dingin padaku ?
Apakah aku kurang dimatanya ?
Atau ? Pendengar, jujur merasai semua itu membuat banyak tanya berkecamuk dalam benakku, ada apa dengan suamiku ?
Bukankah dia pria yang beragama dan tahu bahwa menafkahi istri itu secara lahir dan bathin adalah kewajibannya…?
Ada apa dengannya, padahal setiap hari dia mengisi acara-acara keagamaan dimesjid, begitu santun pada orang-orang dan begitu patuh kepada kedua orangtuanya, bahkan terhadap akupun hampir semua kewajibannya telah dia tunaikan dengan hikmah, tidak pernah sekalipun dia mengasari aku, berkata-kata keras padaku, bahkan kak arfan terlalu lembut bagiku, tapi satu yang belum dia tunaikan yaitu nafkah bathinku,
Aku sendiri saat mendapat perlakuan darinya setiap hari yang begitu lembutnya mulai menumbuhkan rasa cintaku padanya dan membuatku perlahan-lahan melupakan masa laluku bersama boby.
Aku bahkan mulai merindukannya tak kala dia sedang tidak dirumah, aku bahkan selalu berusaha menyenangkan hatinya dengan melakukan apa-apa yang dia anjurkannya lewat ceramah-ceramahnya pada wanita-wanita muslimah, yakni mulai memakai busana muslimah yang syar’i. 
Memang 2 hari setelah pernikahan kami, kak arfan memberiku hadiah yang diisi dalam karton besar, semula aku mengira bahwa hadiah itu adalah alat-alat rumah tangga, tapi setelah kubuka, ternyata isinya 5 potong jubah panjang berwarna gelap, 5 buah jilbab panjang sampai selutut juga berwana gelap, 5 buah kaos kaki tebal panjang berwarnah hitam dan 5 pasang manset berwarna gelap pula, jujur saat membukanya aku sedikit tersinggung, sebab yang ada dalam bayanganku bahwa inilah konsekwensi menikah dengan seorang ustadz,
Aku mengira bahwa dia akan memaksa aku untuk menggunakannya, ternyata dugaanku salah sama sekali, sebab hadiah itu tidak pernah disentuhnya atau ditanyainya, dan kini aku mulai menggunakannya tanpa paksaan siapapun, kukenakan busana itu agar dia tahu bahwa aku mulai menganggapnya istimewa, bahkan kebiasaannya sebelum tidur dalam mengajipun sudah mulai aku ikuti,
Kadang ceramah-ceramahnya dimesjid sering aku ikuti dan aku praktekan dirumah, tapi satu yang belum bisa aku mengerti darinya, entah mengapa hingga 6 bulan pernikahan kami dia tidak pernah menyentuhku, setiap masuk kamar pasti sebelum tidur dia selalu mengawali dengan mengaji lalu tidur diatas hamparan permadani dibawah ranjang hingga terjaga lagi di sepertiga malam dan melaksanakan sholat tahajud,
Hingga suatu saat kak arfan jatuh sakit, tubuhnya demam dan panasnya sangat tinggi, aku sendiri bingung bagaimana cara menanganinya, sebab kak arfan sendiri tidak pernah menyentuhku, aku khawatir dia akan menolak aku bila aku menawarkan jasa membantunya,
ya Allah..Apa Yang harus aku lakukan saat ini, aku ingin sekali meringankan sakitnya, tapi apa yang harus saya lakukan ya Allah..
Malam itu aku tidur dalam kegelisahan, aku tak bisa tidur mendengar hembusan nafasnya yang seolah sesak, kudengar kak arfanpun sering mengigau kecil, mungkin karena suhu panasnya yang tinggi sehingga ia selalu mengigau, sementara malam begitu dingin disertai hujan yang sangat deras dan angin yang bertiup kencang..
Kasihan kak arfan, pasti dia sangat kedinginan saat ini, perlahan aku bangun dari pembaringan dan menatapnya yang sedang tertidur pulas, kupasangkan selimutnya yang sudah menjulur kekakinya, ingin sekali aku merebahkan diriku disampingnya atau sekedar mengompresnya, tapi aku tak tahu bagaimana harus memulainya,
Hingga akhirnya aku tak kuasa menahan keinginan hatiku untuk mendekatkan tanganku di dahinya untuk meraba suhu panas tubuhnya, tapi baru beberapa detik tanganku menyentuh kulit dahinya, kak arfan terbangun dan langsung duduk agak menjauh dariku sambil berujar
Afwan dek, kau belum tidur ?
Kenapa ada dibawah ?
Nanti kau kedinginan ?
Ayo naik lagi keranjangmu dan tidur lagi, nanti besok kau capek dan jatuh sakit?” Pinta kak arfan padaku,
Hatiku miris saat mendengar semua itu, dadaku sesak, mengapa kak arfan selalu dingin padaku , apakah dia menganggap aku orang lain, apa di hatinya tak ada cinta sama sekali untuk aku, tanpa kusadari air mataku menetes sambil menahan isak yang ingin sekali kuluapkan dengan teriakan, hingga akhirnya gemuruh dihatiku tak bisa kubendung juga 
Afwan kak, kenapa sikapmu selama ini padaku begitu dingin ?
Kau bahkan tak pernah mau menyentuhku walaupun hanya sekedar menjabat tanganku ?
Bukankah aku ini istrimu ?
Bukankah aku telah halal buatmu ?
Lalu mengapa kau jadikan aku sebagai patung perhiasan kamarmu ?
Apa artinya diriku bagimu kak ?
Apa artinya aku bagimu kak ?
Kalau kau tidak mencintaiku lantas mengapa kau menikahi aku ?
Mengapa kak ? Mengapa ?” Ujarku disela isak tangis yang tak bisa kutahan.
Tak ada reaksi apapun dari kak arfan menanggapi galaunya hatiku dalam tangis yang tersedu itu, yang nampak adalah dia memperbaiki posisi duduknya dan melirik jam yang menempel didinding kamar kami, hingga akhirnya dia mendekatiku dan perlahan berujar padaku 
Dek…jangan kau pernah bertanya pada kakak tentang perasaan ini padamu, karena sesungguhnya kakak begitu sangat mencintaimu, tetapi tanyakanlah semua itu pada dirimu sendiri, apa saat ini telah ada cinta dihatimu untuk kakak?,
Kakak tahu, dan kakak yakin pasti suatu saat kau akan bertanya mengapa sikap kakak selama ini begitu dingin padamu,
Sebelumnya kakak minta maaf bila semuanya baru kakak kabarkan padamu malam ini, kau mau tanyakan apa maksud kakak sebenarnya dengan semua ini..?. Ujar kak arfan dengan agak sedikit gugup, 
Iya tolong jelaskan pada saya kak, mengapa kak begitu tega melakukan ini pada saya ?
Tolong jelaskan kak ?” Ujarku menimpali tuturnya kak arfan
Hhhhhmmm, dek kau tahu apa itu pelacur ?
Dan apa pekerjaan seorang pelacur ?
Afwan dek dalam pemahaman kakak, seorang pelacur itu adalah seorang wanita penghibur yang kerjanya melayani para lelaki hidung belang untuk mendapatkan materi tanpa peduli apakah dihatinya ada cinta untuk lelaki itu atau tidak, bahkan seorang pelacur terkadang harus meneteskan air mata mana kala dia harus melayani nafsu lelaki yang tidak dicintainya bahkan dia sendiri tidak merasakan kesenangan dari apa yang sedang terjadi saat itu, dan kakak tidak ingin hal itu terjadi padamu dek,
Kau istriku dek, betapa bejatnya kakak ketika kakak harus memaksamu melayani kakak dengan paksa saat malam pertama pernikahan kita sedangkan dihatimu tak ada cinta sama sekali buat kakak, alangkah berdosanya kakak bila pada saat melampiaskan birahi kakak padamu malam itu sementara yang ada dalam benakmu bukanlah kakak, tetapi ada lelaki lain. 
Kau tahu dek, sehari sebelum pernikahan kita digelar, kakak sempat datang kerumahmu untuk memenuhi undangan bapakmu, tapi begitu kakak berada didepan pintu pagar rumahmu, kaka melihat dengan mata kepala kakak sendiri kesedihanmu yang kau lampiaskan pada kekasihmu boby, kau ungkapkan pada boby bahwa kau tidak mencintai kakak, dan kau ungkapkan pada boby bahwa kau hanya akan mencintainya selamanya, saat itu kakak merasa bahwa kakak telah merampas kebahagiaanmu dan kakak yakin bahwa kau menerima pinangan kakak itu karena terpaksa,
Kakak juga mempelajari sikapmu saat di pelaminan, bahwa begitu sedihnya hatimu saat bersanding di pelaminan bersama kakak, lantas haruskah kakak egois dengan mengabaikan apa yang kau rasakan saat itu, sementara tanpa memperdulikan perasaanmu kakak menunaikan kewajiban kakak sebagai suamimu dimalam pertama semenatara kau sendiri akan mematung dengan deraian air mata karena terpaksa melayani kakak?,
Kau istriku dek, sekali lagi kau istriku, kau tahu..
Kakak Begitu sangat mencintaimu dan kakak akan menunaikan semua itu manakala di hatimu telah ada cinta untuk kakak, agar kau tidak merasa diperkosa hak-hakmu, agar kau bisa menikmati apa yang kita lakukan bersama,
Dan alhamdulillah apabila hari ini kau telah mencintai kakak, dan kakak juga merasa bersyukur bila kau telah melupakan mantan kekasihmu itu, beberapa hari ini kakak perhatikan kau juga telah menggunakan busana muslimah yang syari,
Pinta kakak padamu dek,
luruskan niatmu, kalau kemarin kau mengenakan busana itu untuk menyenangkan hati kakak semata maka sekarang luruskan niatmu, niatkan semua itu untuk Allah ta’alaa selanjutnya untuk kakak..,
Mendengar semua itu aku memeluk suamiku, aku merasa bahwah dia adalah lelaki terbaik yang pernah kujumpai selama hidupku, aku bahkan telah melupakan boby, aku merasa bahwa malam itu aku adalah wanita yang paling bahagia didunia, sebab meskipun dalam keadaan sakit, untuk pertama kalinya kak arfan mendatangiku sebagai seorang suami,
Hari-hari kami lalui dengan bahagia, kak arfan begitu sangat kharismatik, terkadang dia seperti seorang kakak buatku, terkadang seperti orang tua, darinya aku banyak belajar banyak hal, perlahan aku mulai meluruskan niatku, dengan menggunakan busana yang syari semata-mata karena Allah dan untuk menyenangkan hati suamiku,
Sebulan setelah malam itu, dalam rahimku telah tumbuh benih-benih cinta kami berdua, alhamdulillah, aku sangat bahagia bersuamikan dia, darinya aku belajar banyak tentang agama, aku menjadi mutarobbinya, hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan, ternyata dia mencintaiku lebih dari apa yang aku bayangkan dan dulu aku hampir saja melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangan dia.
Aku pikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama diantara kami, setelah lahir abdurrahman, hasil cinta kami berdua, diakhir tahun 2008 kak arfan mengalami kecelakaan dan usianya tidak panjang,
sebab kak arfan meninggal dunia sehari setelah kecelakaan tersebut, aku sangat kehilangannya, aku seperti kehilangan penopang hidupku, aku kehilangan kekasihku, aku kehilangan murobbiku, aku kehilangan suamiku
Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat, yang tidak pernah aku lupakan diakhir kehidupannya kak arfan, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku
Dek.., Pertemuan dan perpisahan itu adalah fitrahnya kehidupan, kalau ternyata kita berpisah besok atau lusa, kakak minta padamu dek..,
Jaga abdurrahman dengan baik, jadikan dia sebagai mujahid yang senantiasa membela agama, senantiasa menjadi yang terbaik untuk ummat, didik dia dengan baik dek, jangan sia-siakan dia,
Satu permintaan kakak ..,
Kalau suatu saat ada seorang pria yang datang melamarmu, maka pilihlah pria yang tidak hanya mencintaimu, tetapi juga mau menerima kehadiran anak kita,
Dan maafkan kakak dek, bila selama bersamamu, ada yang kurang yang telah kakak perbuat untukmu,
Senantiasalah berdoa..,
Kalau kita berpisah didunia ini..
Insya Allah kita akan berjumpa kembali diakhirat kelak..,
Kalau Allah mentakdirkan kakak yang pergi lebih dahulu meninggalkan dirimu, Insya Allah kakak akan senantiasa menantimu..”
Demikianlah pesan terakhir kak arfan sebelum keesokan harinya kak arfan meninggalkan dunia ini, hatiku sangat sedih saat itu…,
aku merasa sangat kehilangan tetapi aku berusaha mewujudkan harapan terakhirnya, mendidik dan menjaga abdurrahman dengan baik…
Selamat jalan kak arfan..Aku Akan selalu mengenangmu dalam setiap doa-doaku, amiin
Wasalam
Read more

Tuesday, April 5, 2016

PENGORBANAN TERAKHIR SEORANG IBU

 

PENGORBANAN TERAKHIR SEORANG  IBU
Karya Siti Fatmah

Pada malam itu desa Sukamaju dihadang hujan yang deras beserta petir yang menyambar, saat itulah bayi Ibu Ruminah lahir . Ibu Ruminah adalah seorang janda yang suaminya telah meninggal saat bayi itu masih di dalam kandungan , proses kelahiran bayi itu dibantu oleh dukun beranak satu-satunya di desa itu. bayi itu terlahir dengan sempurna , Ibu Ruminah terlihat sangat bahagia akhirnya bayi yang ia kandung selama 9 bulan telah lahir dengan selamat dan sempurna, walaupun bayi itu terlahir tanpa seorang ayah.Ibu Ruminah memberi nama bayi cantik itu adalah Lestari atau biasa dipanggil Tari.

14 Tahun Kemudian…..
“Ibu, Ibu…” teriak seorang anak gadis. “iya nak, ibu disini” teriak sang ibu dari belakang rumah “ibu…., ibu dimana si”teriak anak gadis itu dengan wajah yang sangat marah. Ibu itu langsung menghampiri anaknya yang sedang marah.
“iya nak ada apa”Tanya bu Mina.
“Ibu gimana si, kuping ibu tuli hah, dipanggil gak dateng-dateng” Bentak anak gadis itu.
“Maaf nak, dibelakang ibu harus menyelesaikan cucian orang”jelas ibu itu dengan lembut.
“udah ah bu, aku mau makan , sekarang makanannya mana”ucap gadis itu.
“Iya, sebentar ya, ibu ambilkan makanan dulu, ”kata ibu Mina yang langsung mengambil makanan .
“yaudah cepetan, jangan lama”ucap gadis itu dengan kasar.
Setelah Ibu Mina mengambil makanan untuk anaknya yang bernama Tari. Tiba-tiba Tari langsung membuang makanan itu di hadapan ibunya.
“Astagfirullah alazim, kenapa kamu mumbuang makanan ini nak”ucap ibu Mina.
“Mau tau kenapa, Tari udah bosen bu makan tempe tahu terus setiap hari, Tari mau makan ayam bu”
“Nak uang ibu tidak cukup untuk membeli ayam, sudalah nak makan aja apa adanya , itu namanya kita mensyukuri nikmat yang sudah diberikan Allah kepada kita”
“Nikmat, ini yang namanya nikmat, makan cuman pake tahu ama tempe doang, pokonya tari gak makan kalau gak pake ayam, terserah ibu mau nyari uang dimana, yang penting tari mau makan ayam , kalau gak ibu tau sendiri akibatnya” ucap anak itu dengan mengancam.
“Iya nak, ibu akan berusaha untuk membeli ayam untuk kamu” kata ibu Tari
“Yaudah sana cepetan” ketus tari.
“oh, ya nak kamu hari ini tidak sekolah” Tanya ibu Ruminah.
“sekolah untuk apa, kalau ujung-ujungnya aku dikatain sama teman-teman karena punya ibu tukang cuci,dan miskin kaya ibu” kasar Tari.
“ya , Allah. Nak ilmu itu penting buat masa depan kamu”
“Ahh, ibu bawel, udah sana cepat beliin ayam, atau Tari kabur dari rumah ini” kata Tari dengan mengancam ibunya.
“Iya nak, ibu pergi dulu yaa, Assalamualaikum ” kata ibu Ruminah dengan lembut dan langsung pergi kepasar.

Sepanjang jalan menuju pasar , Ibu Ruminah hanya dapat permintaan memikirkan anaknya, dia sangat bingung bagaimana caranya dia dapat membelia ayam, sementara uang yang dia miliki hanya tinggal dua ribu rupiah.
“ Ya , Allah bagaimana caranya hamba bisa memenuhi keinginan putri hamba, tidak mungkin jika hamba hutang lagi kepada orang, pasti tidak ada yang ingin meminjamkan hamba uang , karena hutang hamba sudah banyak terhadap orang lain” ucap ibu Ruminah dalam hati . Tiba-tiba ibu Ruminah teringat dengan cincin pemberian Almarhum suaminya, lalu dia pun langsung melihat jari telunjuk yang terdapat sebuah cincin yang indah. Tanpa pemikiran panjang ibu Ruminah langsung menuju took mas , dia akan menjual cincin peberian almarhum suaminya, hanya untuk membeli ayam buat anaknya.
“Permisi, Pak saya ingin menjual cincin ini” Ucap ibu Ruminah.
“Coba saya lihat” ucap seorang penjual toko mas.
“Kalau boleh saya tau, berapa ya pak harganya jika cincin itu dijual” Tanya Ibu.
“Kalau cincin seperti ini mah palingan harganya , dua ratus ribu”
“Apa, dua ratus ribu, saya membeli cincin itu seharga lima ratus ribu.” Sahut ibu Ruminah
“Ibu, sekarang harga mas lagi turun kalau ibu mau jual ya harganya segitu” kata bapak itu dengan kasar.
“Yasudahlah pak, saya mau, tidak apa-apa” ucap ibu Ruminah
Lalu penjual toko itu langsung pergi mengambil uang. Ibu Ruminah hanya dapat berdiam, dia merasa sangat berdosa karena dia sudah melanggar janjinya untuk menjaga cincin pemberian suaminya.
“Mas, maafkan aku , aku sudah melanggar janji itu. Maafkan aku, ku terpaksa, aku tidak mau putri kita kelaparan” ucap Ibu Ruminah dalam hati. Tiba-tiba Bapak penjual toko mas menghampiri ibu Ruminah.
“Ini bu , uangnya” ucap bapak itu dengan memberikan uang dua ratus ribu, kepada ibu Ruminah
“terima kasih pak.” Sahut ibu Ruminah.

Ibu Ruminah langsung pergi ke kios ayam, dan dia langsung membeli ayam. Sesampai dirumah ibu Ruminah langsung memasak ayam untuk anaknya. Lalu setelah makanan untuk anaknya sudah siap , dia langsung memanggil anaknya.
“Tari,tari sini nak ayamnya sudah matang, ayo nak kita makan, Tari” teriak ibu Ruminah.
“Iiiiiiihh, ibu berisik tau.” Ucap tari.
“Ayo nak , makanannya sudah matang, ayo kita makan” kata ibu dengan halus.
“iya-iya.”
Lalu merekapun makan bersama dengan lahap.

Keesokkan harinya…..
Saat Ibu Ruminah dan anaknya Tari sedang menjemur pakaian di halaman rumah , tiba-tiba datang seorang perempuan cantik dengan memakai mobil mewah berwarna merah datang kerumah Ibu Ruminah, Ibu Ruminah sangat terkejut dengan kedatangn perempuan itu seperti ibu Ruminah mengenal perempuan itu. Lalu perempuan itu menghampiri Ibu Ruminah dan anaknya.
“Hai Ruminah , sudah lama yaa, kita tidak bertemu” sapa perempuan itu.
“Iya Sinta sudah lama kita tidak bertemu.”sahut ibu.
“Ibu, siapa wanita itu?” Tanya Tari.
“Kamu tidak mengenal saya Tari, apa ibu kamu tidak pernah menceritakan keluarga ayah kamu.” Jelas perempuan itu.
“Keluarga ayah, ibu dia tante aku” Tanya Tari .
“Iya nak , dia tante kamu dia adik dari ayah kamu, dia namnya tante sinta”jelas ibu Ruminah.
“Tante, kenapa ibu gak pernah cerita sama Tari kalau ayah masih punya keluarga” ucap Tari dengan nada kasar.
“Mungkin ibu kamu takut kalau kamu nantinya akan diambil, oleh keluarga ayahmu”Sahut perempuan itu
“Maksud tante, apa”Tanya Tari.
“Tante datang kesini hanya untuk, menjemput kamu nak, tante mau kamu tinggal di kota sama tante dan eyang disana.”
“Tidak, saya tidak mau Tari diasuh olek kalian, Tari ibu mohon sama kamu nak tolong jangan ikut tante itu” kata ibu Ruminah.

“ Tari, sayang kalau kamu ikut tante ya , tante jamin kehidupan kamu akan tercukupi, lagian kamu disana bukan hanya tinggal sama tante doang tapi ada eyang disana, lihat ibu kamu tu memang egois , masa dia biarin kamu sengsaran tinggal digubuk yang bau seperti ini, jadi kamu mau kan ikut tante.” Ucap tante Sinta dengan merayu Tari. Suasana dirumah itu sangat tegang dan Ibu Ruminah sangat ketakutan jika anak satu-satunya dia diambil oleh keluarga suaminya.
“Tari, ibu mohon nak” ucap ibu Ruminah.
“Maaf bu, Tari mau ikut tante Sinta, Ibu mau kan Tari sukses, jadi Tari memutuskan untuk ikut tante Sinta” kata Tari yang menyakiti ibunya. “Tarii ,nak”. Ucap ibu Ruminah dengan meneteskan air mata dipipinya.
“Bagus Tari, kamu memang anak yang pintar , ayo kita pergi sekarang dari gubuk ini,” ketus wanita itu.
“Ibu, Tari pergi dulu yaa” Pamit Tari.
“Tari…. Nak jangan tinggalin ibu” kata ibu Ruminah dengan berjatuhannya air mata dipipinya.

Taripun pergi bersama tante Sinta dengan meninggalkan Ibunya. Ibu Ruminahpun sangat sedih karena,anak yang dia kandung selama 9 bulan tega meninggalkan dirinya.

Jakarta, dirumah eyang Tari.
Taripun sudah sampai dirumah eyangnya yang sangat mewah menurutnya , dia sangat senang karena akan tinggal dirumah yang mewah ini.
“wah , rumahnya bagus sekali, lebih baik aku tinggal disini dari pada aku harus tinggal di desa bersama ibu” Ucap Tari dalam hati.
“Tari ayo masuk” kata tante Sinta.

Saat Tari masuk kerumah, wanita separuh baya menyambutnya dengan riang gembira Lalu wanita itu memeluknya , ternyata wanita itu adalah eyangnya Tari.
“Tari, ini eyang nak, eyang Titi.” Ucap wanita itu.
”eyang, Tari rindu sama eyang” kata Tari dengan memeluk eyangnya.
“Eyang juga rindu sekali sama Tari, ayo masuk Tari” ucap eyang Titi, lalu dia mengajak Tari masuk ke rumah mewahnya.
“ Tari, bagaimana kehidupan kamu disana”Tanya eyang Titi
“yaaah, dirumah ibu mah , gak enak nek, setiap hari makannya cuman tempe ama tahu.” Kata Tari.
“Terus gimana dengan sekolah kamu?” Tanya eyang itu lagi.
“ Tari gak sekolah enyang gak punya biaya”.
“Kalau kamu gak sekolah, apa yang kamu lakukan selama ini disana” Tanya Tante Sinta dengan nada suara yang agak keras.
“Yah , aku bantuin ibu kerja”
“Apa, kamu kerja keterlaluan sekali Ruminah, dia sudah membunuh kakakku dan sekarang dia tega menyuruh anaknya kerja, hanya demi kepentingan dirinya.” Ucap tante Sinta dengan nada yang keras.
“Apa, Ibu membunuh ayah, maksud tante apa”Tanya Tari dengan pikiran yang membingungkan.
“iyaTari, gara-gara ibu kamu, ayah kamu meninggal dan asal kamu tau setelah ayah kamu meninggal ibu kamu langsung pergi begitu saja membawa kamu, padahal kami ingin merawat kamu, tapi karena keegoisan ibu kamu , akibatnya kamu menjadi menderita seperti ini” jelas tante Sinta dengan tegas.
“Sudah-sudah yang penting sekarang Tari sudah sama kita, Tari kamu maukan tinggal sama eyang disini.” Tanya eyang.
“ya, pastilah eyang, Tari pasti mau tinggal disini, Tari gak mau tinggal dirumah orang yang sudah membunuh ayah” Ucap Tari.
“Bagus Tari , memang kamu harus seperti itu” ucap Tante Sinta, dengan senyum kecil dibibirnya.

Akhirnya Taripun tinggal dirumah eyangnya yang mewah itu bersama tante Sinta, sementara ibunya dilupakan begitu saja. Ibu Ruminah sangat merindukan Putrinya itu, setiap malam dia selalu berdoa agar putrinya dapat kembali kepelukannanya.
“ Ya, Allah ya Tuhanku, hamba mohon kepadamu kembalikanlah putri hamba ya Allah , hamba sangat merindukannya, sudah berbulan-bulan dia tidak datang kesini, ya Allah semoga anak hamba masih berada dijalanmu dan berilah dia kesehatan kepadanya ya Allah, Aminn.”Doa Ibu Ruminah.

Beberapa Tahun kemudian….
Hari ini Ibu Ruminah pergi ke kota hanya untuk menemui anaknya , dia sudah menjual rumah yaitu harta satu-satunya agar dapat menemui anaknya yang berada di kota. Sesampai dikota Ibu Ruminah langsung menuju rumah mertuanya dab disanalah tempat Tari anaknya tinggal.

Sampai di Rumah Eyang Titi.
Ibu Ruminah sudah sampai dirumah mertuanya itu, dia sedang berada di depan gerbang rumah mertuanya, lalu tiba-tiba mata ibu Ruminah tertuju kepada perempuan cantik memakai baju dress merah yang sedang duduk diteras rumah, dan ternyata perempuan itu adalah Tari anak Ibu Ruminah dia sudah menjadi gadis dewasa dan sangat cantik. Lalu Ibu Ruminah langsung menyebut nama Tari.
“Tari, Tari” teriak ibu itu. Tari melihat ibu itu, lalu diapun terus memperhatikan ibu itu. Tiba-tiba Tari menyebut ibu.
“Ibu” ucap Tari yang langsung menghampiri ibunya.
“Tari , ini ibu nak, ya Allah ternyata kamu sudah jadi gadis cantik yang dewasa.” Ucap ibu Ruminah.
“Ibu ,mau ngapain kesini” Tanya Tari dengan ketus.
“Ya Allah nak, ibu kesini mau melihat kamu, ibu rindu sekali sama kamu.” Kata ibu.
“Hah , rindu, udalah sebaiknya ibu pulang kampong sekarang juga, Tari gak mau melihat orang yang udah pembunuh ayah.” Ucap Tari yang langsung pergi meninggalkan ibunya. Ibu Ruminah hanya dapat berdiam memikirkan kata-kata anaknya, dia sangat bingung mengapa Tari bisa berkata seperti itu.
“nak, apa maksudmu ibu tidak mengerti, ini pasti ada kesalah pahaman, Tari ,Tari dengerin ibu nak”Teriak ibu Ruminah. Lalu seorang satpam mengusir ibu Ruminah.
“Ibu, sebaiknya ibu pergi dari sini, atau saya panggilkan polisi.” Kata satpam itu dengan kasar.
“Iya , baik pak”
“yasudah, sana cepat pergi” ucap satpan itu dengan nada suara tinggi.

Dirumah Tari semua keluarga disana sangat terkejud dengan kedatangan ibu Ruminah yang tak lain adalah ibunya Tari . Tiba-tiba seorang wanita cantik memanggil namanya.
“Tari” panggil seorang wanita .
“Tante Sinta” sahut Tari.
“Apa benar ibu kamu datang kesini, terus dimana dia?” Tanya tante Sinta.
“aku sudah usir tante” ucap Tari.
“Apa, kamu mengusirnya” ucap tante Sinta.
“iya, memangnya kenapa tante” Tanya Tari dengan wajah yang serius.
“Kenapa kamu mengusirnya walau bagaimanapun juga, dia tetap ibu kamu Tari”kata tante Sinta.
“tante ini gimana sih, kan waktu dulu tante yang nyuruhn aku untuk membenci ibu.”
“Iya, dulu tante memang berkata seperti itu, maafin tante Tari, tante sudah melakukan kesalahan yan besar” ucap tante Sinta sambil meneteskan air mata.
“Maaf tante , Tari sudah terlanjur benci sama Ibu , jadi Tari tidak bisa menerima ibu lagi”kata Tari yang langsung pergi menuju kamarnya.
“Ya Allah maafkalah hambamu ini” ucap tante sinta dengan berdoa.

Ibu Ruminah terus berjalan mengikuti kata hatinya, tak tau harus kemana dia pergi , kalau dia balik lagi ke kampong dimana dia harus tinggal, tapi kalau dia tetap disini menuggu anaknya, apakah mungkin anaknya mau menerimana dia atas kesalah pahaman ini. Saat ibu Ruminah sedang berjalan, tiba-tiba mobil berhenti dihadapanya, lalu keluarlah seorang pemuda dari mobil itu.
“Ibu, ibunya Tari ya”Tanya pemuda.
“ ya benar ,kamu siapa ya nak, kenapa kamu kenal sama anak saya” Tanya ibu Ruminah.
“oh ya bu ,perkenalkan saya Tio, kekasihnya Tari” ucap Tio dengan memperkenalkan dirinya.
“Ibu ingat, kamu yang tadi dirumah Tarikan.”
“Iya bu, oh ya ibu mau kemana?” Tanya Tio.
“Ibu, juga tidak tau nak mau pergi kemana.”
“Bagaimana , ibu tinggal dirumahku untuk sementara, sambil menyadarkan Tari.”ucap Tio
“Apa, tidak usah nak , nanti ibu malah merepotka kamu.”kata ibu Ruminah.

Ibu Ruminah terus berjalan mengikuti kata hatinya, tak tau harus kemana dia pergi , kalau dia balik lagi ke kampong dimana dia harus tinggal, tapi kalau dia tetap disini menuggu anaknya, apakah mungkin anaknya mau menerimana dia atas kesalah pahaman ini.

Keesokkannya….
Ibu Ruminah datang lagi kerumah Tari, tapi disana ibu Ruminah diperlakukan dengan kasar oleh anaknya sendiri, didepan eyang Titi dan tante Sinta.
“Ibu sebaiknya pergi dari sini, Tari gak mau melihat ibu lagi.” Kata Tari dengan kasar.
“Mengapa-mengapa kamu mengusir ibu, apa salah ibu Tari.” Tanya Ibu Ruminah , yang langsung meneteskan air mata.
“salah ibu adalah karena ibu, ayah meninggal , karena ibu semasa kecil aku selalu menderita, aku gak pernah bahagia kalau berada disisi ibu.”ujarku
“Nak, dengerin ibu, bukan ibu yang menyebabkan ayah kamu meniggal, itu semua sudah takdir Allah nak, lalu kalau ibu pulang kampong ibu mau tinggal dimana, rumah sudah ibu jual hanya ingin menemui kamu.” Ucap ibu.
“oooooo, jadi ibu kesini cuman mau minta duit sama , aku ini ini duit untuk ibu, jadi sekarang ibu pergi dari sini.” Ucap Tari dengan mengusir ibunya. Lalu tiba-tiba jantung Tari terasa sakit, dan Taripun jatuh pingsan. Semua yang berada disana langsung panik termasuk ibunya Tari.

Tari langsung dibawa kerumah sakit, sesampai di rumah sakit ,Tari langsung diperiksa oleh dokter, tidak disangka dokter bilang kalau Jantung Tari mengalami kebocoran jantung, keluarga Tari sangat tidak percaya dengan omongan dokter, karena selama ini Tari terlihat sehat-sehat saja, tapi mengapa tiba-tiba dokter bilang kalau Tari mengalami kebocoran jantung.
“Lalu bagaimana dok, caranya agar Tari sembuh?” Tanya eyangt Tari.
“cara satu-satunya adalah dengan mendonorkan jantung kepada Tari.” Ucap dokter itu.
“Dok, biar saya saja yang mendonorkan jantung untuk cucu saya, saya sudah tua sebentar lagi saya akan meninggal jadi biar saya saja yang mendonorka jantung untuk cucu saya.” Ucap eyang.
“Maaf, bu saya tidak bisa mengambil jantung orang yang masih hidup.” Jelas dokter itu, yang langsung meninggalkan keluarga Tari.

Ibu Ruminah sangat sedih karena anaknya mengidap penyakit yang sangat mematikan. Ibu Ruminah langsung pergi meninggalkan rumah sakit, dia tidak sanggup melihat anaknya menderita seperti itu, dia sangat sedih sepanjang jalan dia hanya dapat menangisi anaknya.
“ Ya, Allah mengapa kau memberikan penyakit kepada putri hamba, biarkanlah hamba yang memiliki penyakit itu ya Allah.” Doa ibu Ruminah.
Saat ibu Ruminah menyebrang jalan, tiba-tiba mobil hitam dari arah timur melaju kencang dan menabrak ibu Ruminah. Ibu Ruminah langsung dibawa kerumah sakit oleh orang-orang yang berada disana, sementara orang yang menabrak ibu Ruminah langsung diamankan oleh pejalan kaki.

Di Rumah Sakit……
Tari, masih terbaling lemah tidak berdaya. Eyang dan Tantenya hanya bisa mengharapkan suatu mukzizat agar Tari dapat sembuh.
“Sinta, apa mungkin ini suatu azab yang dikasih Allah kepada Tari, karena Tari sudah durhaka kepada ibunya.” Ucap eyang Titi.
“Ini semua salah Sinta, bu.. Sinta yang sudah membuat Tari menjadi anak durhaka.” Kata tante Sinta yang terisak tangisan. Tiba-tiba seorang dokter menghampiri mereka
“Ibu, kami mendapatkan kabar baik untuk Tari, kami sudah menemukan pendonor jantung untuk Tari.”ucap dokter itu.
“Apa, benar dokter, lalu siapa orang yang sudah mendonorkan jantungnya dok.” Tanya eyang.
“Dia adalah korban tabrak lari, lalu dia berpesan sebelum dia meninggal, dia ingin mendonorkan jantungnya untuk pasien yang bernama Tari, lalu ibu itu bernama Ruminah.” Jelas dokter.
“Apa, Ruminah.Astagfirulah alazim, ya Allah betapa mulia hati seorang wanita itu.” Ucap tante Sinta.
“Jadi bagaimana, kita segera lakukan operasi, bu.”ujar dokter itu.
“Baiklah lakukanlah dokter.” kata eyang.
Operasi itupun segera dilaksanakan, dan yang mendonorkan jantung untuk Tari adalah ibunya sendiri, dia relah menggantika nyawanya untuk anaknya itu.
Beberapa jam kemudian, dokter itu keluar dari ruang operasi dan mengabarkan operasi itu berhasil dilakukan Tari telah selamat dari maut yang mengancamnya, tapi dia telah kehilangan orang yang sudah melahirkanya.

Beberapa hari kemudian….
Tari telah sadar kembali ,dia sudah bisa membuka matanya. Saat mata dia membuka matanya, hanya ada eyang dan tantenya. Lalu Tari menanyakan keberadaan ibunya.
“Ibu, ibu.” Ucap Tari yang memanggil ibunya.
“Tari , sayang kamu sudah sadar nak.” Ujar eyang.
“Eyang, ibu dimana , Tari mau ketemu ibu.” Ucap Tari yang terus memanggil ibunya. Tante dan Ibunya hanya bisa berdiam membisu mendengan Tari mencari ibunya.
“Mengapa kalian diam, dimana ibu, Tari mau ketemu ibu, Eyang tadi Tari mimpi ketemu ibu, lalu ibu ninggalin Tari Ibu memberikan salam perpisahan sama Tari, eyang ibu mana Tari kangen sama ibu, Tari menyesal karena sudah bersikap kasar sama Ibu.” Kata Tari.
“Sayang, kamu harus tabah ya nak, ibu kamu… suda tiada lagi didunia ini, dia meninggal akibat kecelakaan tabrak lari.” Jelas tante Sinta.
“Apa, gak mungkin ibu, gak mungkin meninggal.”
“Tari kamu harus tau ini, orang yang sudah mendonorkan kamu jantung, itu adalah ibu kamu, dia yang sudah mendonorkan jantungnya untuk kamu, agar kamu tetap hidup.” Jelas eyang.
“ i i ibuuu, maafin Tari buu, Tari menyesal , ibuuu jangan tinggalin Tari.” teriak Tari yang terisak tangisan.

Tari sangat menyesal atas perlakuannya kepada ibunya , dia sangat sedih dan dia sangat terpukul atas kepergian ibunya , dia belum sempat meminta maaf kepada ibunya yang sudah melahirkannya . Dia berjanji dia akan selalu mendoakan ibunya setiap hari agar ibunya dapat diterima disisi Allah SWT, tetapi sampai kapanpun rasa penyesalan dia masih tetap membekas dihatinya.

Sayangilah ibumu dan Berikanlah kebahagiaan kepadanya, minta maaflah sebelum ajal datang menjemputnya.

SELESAI

PENULIS
Nama: Siti Fatmah
umur: 14 tahun
Nama Facebook: Fatmah Siti
Read more

Thursday, March 31, 2016

Novel Terbaru 2016: Novel Cinta Terpendam Yang Dibawa Sampai Mati

Novel Cinta Terpendam Yang Dibawa Sampai Mati - Dear My Story- Kadang rasanya aku tidak pantas lagi untuk mengeluh, semua doa ku terjawab sudah, harapan menjadi kenyataan, dunia mimpiku seolah menjadi kehidupan. Baru kemarin aku bermimpi indah sekali tidak ingin aku bangun lagi dari tidur itu tetapi keadaan sekarang memaksa untuk bangun bahwa "Seindah-indah dunia mimpi pasti engkau akan terbangun juga" meski Indah itu tetaplah sebuah mimpi yang tidak akan berubah menjadi kenyataan.
Pernah berfikir dulu bahwa suatu saat nanti mimpi-mimpi indah itu akan benar-benar menjadi nyata, saat waktunya tiba sekarang memang semua sudah menjadi nyata tetapi semua memang tidak seindah mimpi, pernah ingat kisah ku dulu yang sangat merindukan seseorang gadis impian itulah yang dimaksud, mungkin semua itu memang salah ku, tidak pernah berani mengunkapkan isi hati ini selama puluhan tahun lamannya.

Hal yang paling aku sesalkan adalah tidak ada kesempatan lagi meski hanya terakhir kali, walau sekedar mengungkapkan perasaan bahwa aku memang benar-benar menyayanginnya sejak kami berusia belasan tahun. Kini aku tumbuh dewasa menjadi laki-laki mandiri dan memiliki beberapa target hidup yang harus segera dicapai, semua rasanya tidak lengkap karena perasaan ini hanya sampai pada sebuah sms yang tidak pernah terkirim dan sepenggal kisah yang aku tulis.
Dulu jauh sebelum hari ini aku pernah menulis banyak sekali tentang perasaan yang terpendam saat ini kepada sang puteri, web adalah teman curhat dan menulis adalah cara terbaik ku untuk mengungkapkan semua perasaan yang ada sedangkan tempat ku berharap adalah Alloh dengan doa aku bisa belajar untuk mencoba mengutarakan isi hati tanpa harus memiliki. Tidak banyak yang aku inginkan cuma satu dari apa yang aku tulis yaitu suatu saat nanti semoga dia membaca semua tulisan ku, tentang perasaan ini kepadanya.
Harapan itu seolah menjadi sebuah kenyataan, memang benar kisah yang ku tulis mendapatkan respon tinggi dari pembaca ada ribuan orang yang menyukai tulisan itu, beberapa pembaca mengungkapkan bahwa karangan fiktif yang dibuat keren sekali. Padahal jika mereka tahu apa yang ku tulis adalah bukan sebuah karangan tetapi itu kisah hidup nyata yang sedang aku tulis dengan sentuhan hati antara kisah ku dan dia yang aku idolakan.
Dari menulis aku berani mengungkapkan isi hati ini, dengan jelas, tegas dan emosional mengungkapkan semua perasaan yang tidak berani diungkapkan, dalam setiap tulisan itu juga ada sebuah harapan semoga saja Sang Puteri membaca tulisan ku, memang ini hal konyol yang pernah aku lakukan menyimpan sebuah perasaan 11 tahun lamanya, aku menjumpai tanggal 8 Agustus sebanyak sebelas kali tanpa berhenti memikirkannya.
Yang ku ingat tentang tanggal itu adalah tanggal lahirnya, setiap tanggal yang sama ku sempatkan untuk mengirimkan sebuah ucapan dan ungkapan perasaan hati bahwa aku sangat amat mencintainnya, tetapi pesan itu sengaja aku kirim ke nomor ponsel yang tidak aktif lagi meski aku tahu tetap saja dilakukan, karena cuma nomor itu saja yang aku punya, ku anggap 11 tahun lamanya semua pesan yang dikirim itu sudah dibaca.
Tetapi dengan begitu aku sudah bahagia bisa mengungkapkan perasaan walau aku tahu bahwa sms itu selalu gagal. Bertahun-tahun kisah itu terus berlalu tidak sehari pun aku berhenti memikirkan dia, sambil terus menulis dari 1000 artikel yang ku buat sebanyak itulah aku berharap semoga saja dia mengetahui isi hati ini dengan mencari kata kunci melalui google.com "Cerita Cinta" browsing di Internet.
Karena aku seorang blogger jadi kata kunci itulah yang aku tembus, dengan menulis aku merasa sangat lega sekali, sampai pada waktunya tiba, memang dia tidak pernah membaca semua tulisan itu, tetapi mungkin Tuhan melihat usaha yang aku lakukan sangat keras sampai akhirnya semua tulisan itu dibaca oleh banyak teman SMA ku dulu, beberapa teman dekat sang puteri juga membaca tulisan itu, akhirnya untuk pertama kalinya pada awal tahun 2013 si teman dekat menyampaikan apa yang dia baca kepada sang puteri.
Bahwa aku pernah menyayangi bahkan sangat amat menyayangi sang puteri. Tetapi aku tidak tahu kalau dia sudah tahu tentang perasaan itu, kesibukan ku kuliah dan kesibukan dia bekerja membuat kami tidak memiliki kesempatan untuk bertemu karena aku kuliah di kota yang berbeda sedangkan dia bekerja di kota berbeda juga. Aku tetap menulis apa yang dirasa sambil terus berharap meski sebenarnya semua harapan itu sudah terjawab hanya saja aku tidak mengetahuinya.
Tidak ada pernah berfikir untuk menjadikan Sang Puteri menjadi seorang kekasih, sebab yang aku takutkan adalah saat nanti kami putus aku terikat pada sebuah prinsip hidup, bahwa tidak akan pernah balikan ke mantan setelah putus. Mungkin memang benar seperti apa yang diungkapkan oleh sabahat karib ku dulu waktu Kuliah. Sang Puteri tidak akan pernah cocok untuk menjadi seorang pacar ku, tetapi dia sangat cocok untuk menjadi seorang Istri bagi anak-anak ku nanti.
Meski hati ini terikat dengan sebuah cinta yang besar, aku akan berusaha mewujudkan semua mimpi itu menjadi kenyataan dengan menjadikan diri ini pantas untuknya mencapai target dan sukses semuda mungkin, rencana ku setelah lulus kuliah dan mencapai sukses, aku akan datang langsung melamarnya itu janji ku dulu pada diri ini dan Alloh saksi atas semua perkataan dan kemauan keras ku. Jika ditanya bagaimana cara ku sukses ? aku sudah mempunyai caranya.
Diakhir kuliah aku akan melamar perkerjaan yaitu Astra Internasional perusahaan besar bertaraf Dunia, jika lulus aku akan meminta rayon Sumatera Selatan harapannya bisa mendatangi Sang Puteri karena waktu itu ingat sekali dia bekerja disalah satu Perusahaan Kecil yang ada kaitannya dengan Astra Motor, Kota dia bekerja dibawah pengawasan Perusahaan tempat Sang Puteri Bekerja. Sebelum semua terwujud ternyata Tuhan berkata lain.
Aku mulai dipertemukan dengan Wanita lain yang menurutku mampu menghapus semua bayang Sang Puteri, rencana ku untuk mendaftar kerja pun menjadi memudar, selain itu ternyata hobby ku menulis bisa menghasilkan uang, Web yang ku buat untuk pertama kali mendapatkan sponsor dari label yang lumayan besar untuk menunjang kehidupan ku. Jika dirata-rata gaji yang ku terima saat itu sama seperti bekerja di perusahaan Astra Internasional.
Niat itu menjadi urung, perlahan tapi pasti bahwa aku mulai melupakan semua mimpi untuk melamar Sang Puteri karena aku sudah menemukan sosok Wanita penggantinya, bahkan sanggup melupakan semua bayang tentang dia dulu. Memang benar kisah yang terjadi kadang tidak sesuai dengan harapan, aku berfikir Wanita pengganti Sang Puteri adalah cinta terakhir ku. Mulai sadar entah mengapa kepada orang yang sangat aku sayang aku tidak memiliki kekutan untuk mengutarakan isi hati termasuk kepada Wanita satu ini.
Kondisi yang sama terjadi pada orang berbeda, kondisi yang sama melupakan masalah lama dengan cara lama dan pada orang yang baru, baru ku sadari bahwa aku memang belum berani mengungkapkan isi hati dan belum sempat waktu itu Wanita yang dimaksud memilih bergaul dan mencari jodoh dengan cara Islam menolak pacaran jika siap langsung lamar menikah ke orang tuanya.
Namun apa daya meski aku sudah melupakan Sang Puteri karena Wanita baru ini, yang terjadi tepat pada hari itu dia tidak memiliki kemampuan menolak baginya keputusan orang tuanya adalah keputusan dia juga meski dia tidak bahagia, asalkan orang tuannya setuju ia akan terima pada keputasan itu. Akhir Wanita itu memilih menikahi dan bahagia dengan Laki-Laki lain. Sedangkan aku untuk kesekian kali belum sempat untuk mengungkapkan perasaan ku Pada Wanita yang sangat ku sayang dan keburu ditinggal menikah.
Kekecewaan itu mengalihkan semua dunia dan permasalahan, tidak ada satu orang pun yang bisa mengobati kekecewaan tersebut, Mengapa Tuhan aku lemah untuk menyatakan Cinta kepada orang yang sangat ku sayangi, padahal bagiku mengungkapkan perasaan bukan masalah sulit sebab daftar list orang yang pernah ku tembak sudah lumayan banyak. Tetapi rasaya aku lemah sekali untuk kesekian kali untuk menyatakan Cinta pada orang yang sangat disayang, dari saat itu aku tidak mau kenal lagi yang
namanya Cinta serius karena hal itu menyakitkan.
Ingat waktu itu keadaan Finansial ku sedikit turun perlu beberapa bulan untuk bangkit dari keterpurakan karena Down oleh masalah tersebut. Sampai pada waktu yang tepat aku harus mencari cara untuk melupakan Wanita tersebut, hal hasil menemukan satu cara, yaitu ada satu orang yang bisa membuatku perlahan melupakan Wanita itu, dengan mulai memikirkan Sang Puteri lagi, dalam hati memaksa diri untuk memikirkan Sang Puteri Lagi.
Sering kali aku larutkan dalam sebuah lamunan, dalam hati aku berkata "Apa kabar ya Sang Puteri sekarang" tetapi aku mulai sadar bahwa Cinta ini tidak lagi sebesar yang dulu karena sadar bahwa aku sudah bisa melupakannya. Aku mulai memaksa diri untuk mencintai dia yang belum tentu mencitai ku, tetapi bagi ku itu sudah lebih dari sekedar cukup. Entah kenapa kebiasaan menulis ku kembali lagi, berharap lagi, mulai memikirkan lagi Sang Puteri.
Tetapi sebelum kegagalan ku menikah, Aku juga mendengar bahwa Sang Puteri akan menikah, memang mungkin hati ini tengah diuji, rasanya berdosa saja untuk kesekian kali memikirkan Calon Istri Orang. Dari kejadian itulah semua perasaan ini hambar bisa dibilang mati rasa sakit hati, untuk satu alasan yaitu orang yang sangat ku Cintai. Kepada mereka bahwa aku menyayangi mereka. Semua sudah terlambat mereka sudah pergi dan menikah dengan orang lain bahkan semuannya.
Sejak hari itu, rasanya aku sudah tidak memiliki hati lagi, semua hal ku pikirkan dengan logika tidak ada perasaan bahkan aku pernah berjanji kepada Alloh tidak akan pernah menangis lagi untuk alasan yang masih bisa diatasi. Entah sampai kapan aku akan seperti ini rasanya sisa hidup ini ku habiskan untuk memikirkan Sang Puteri, Istirahat sebenar lalu aku mulai memikirkan dia lagi, apa seumur hidup ku akan terus memikirkan Sang Puteri meski tidak bisa memiliki.
Tetapi percayalah satu hal, Rencana Alloh jauh lebih indah dan Ia tidak akan menguji HambaNYA diluar batas kemampuannya itu JanjiNYA. Beberapa tahun lamanya setidaknya 7 bulan setelah kabar itu, Aku mendengarkan bahwa ternyata Sang Puteri juga gagal Menikah. Hati ini ingin sekali bahagia ternyata ada harapan untuk ku kembali mengungkapkan perasaan ini, dalam hati aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan agar bisa mengkapkan perasaan ku, kali ini tidak akan ku biarkan kesempatan bagus ini, tetapi untuk senang rasanya tidak pantas karena orang yang sangat aku sayangi disakiti oleh Laki-Laki lain.
Dalam hati aku merasakan merahan "Jika Laki-Laki itu menyakiti Dia yang sangat ku sayang aku tidak pernah akan Ikhlas karena disini aku siap untuk membuat Dia bahagia Jika Laki-Laki itu tidak mampu melakukannya, jangan pernah sakiti Dia ada banyak sekali orang yang berharap diposisi bersama itu termasuk aku". Ingat waktu itu adalah tanggal 8 Agustus 2014  tidak terasa aku melewat sebanyak sepuluh kali hanya dilewati untuk memikirkan Sang Puteri lagi. Tetapi pada tanggal yang sama itulah aku mulai menemukan kabar yang tidak mengenakan tentang Sang Puteri, Tetapi hati ini tidak pernah percaya meski itu terjadi. Awal tahun 2015 aku mulai kembali mencari kabar Sang Puteri dan mencari kebenaran hal itu.
Tahukah apa kabar yang ku dengar tentang Sang Puteri "Bahwa dia yang Dulu Telah Meninggal Dunia". Rasanya tidak ingin percaya sambil berkata dalam hati bahwa semua itu tidak benar, hati ini menolak untuk semua berita tetangnya. Sampai pada waktu tiba bulan 14 Juni 2015 aku mendapatkan kepastian bahwa dia yang dulu memang sudah benar-benar pergi untuk selamanya. Padahal aku sangat amat menyayangi dia.
Percaya atau tidak setiap hari dari tanggal 14 Juni 2015 sampai dengan 8 Agusutus 2015 tanpa sadar air mata itu menetes setiap pagi saat aku bangun tidur. Seandanya dulu aku berani mengungkapkan isi hati ini pasti tidak akan jadi seperti ini, Mungkin sudah menjadi takdir hidup ku mencintai Sang Puteri yang dulu tanpa dicintai dia sampai ia telah tiada lagi. Jika aku diberikan kesempatan untuk mengulang waktu 2010 silam ingat saat itu kami sedang ujian nasional sebenarnya aku memiliki kesempatan untuk mengungkapkan isi hati ini kepada Sang Puteri.
Kami sempat jalan berdua menggunakan sepeda motor diatas motor ia menyandarkan kepalanya bahu ku, tanpa disadari aku beranikan diri untuk mencium pipinya, tetapi hanya sekali itu saja setela itu kami sempat dekat mulai telponan, mengambil air, sholat berjamaan sama-sama dirumah yang berdekatan tetapi alangkah bodohnya aku masih tidak berani mengungkapkan isi hati  ini dan menyimpannya menjadi sebuah penyesalan yang tidak akan pernah dilupakan sampai kapan pun. 
Tapi aku sudah terjebak dikondisi "Fren Zone" bahwa dimana ikatan persahabatan jauh lebih penting dan menyampingkan semua perasaan Cinta atau sejenisnya, karena itu akan menjadi perusak sebuah hubungan persahabatan, itu tidak diinginkan sebagai seorang sahabat yang takut kecewa dan dikecewakan bagi ku Persahabatan jauh lebih penting dari sedekar pacaran. Aku memilih dia menjadi sahabat ku karena persahabatan tidak akan mudah putus, sedangkan pacaran sehari saja bisa seleksai meski alasan tidak nyaman.
Tanggal 20 Januari 2014 aku mendengarkan kabar bahwa Sang Puteri yang dulu telah pergi untuk selama-lamannya, bahkan selama 10 tahun lamanya aku menyimpan rasa ini agar suatu saat nanti bisa mengungkapkan perasaan meski aku tidak pengharapkan lebih. Kini menjadi sebuah penyesalan yang sangat amat terdalam. Padahal aku merasa bahwa sekarang waktu yang tepat untuk ku mengungkapkan semua perasaan ini.
Menurutku aku sudah pantas untuknya dengan membawa segenggap keseksesan untuk bisa dinikmati bersama, meski aku dulu tidak pantas untuknya sekarang aku merasa sangat pantas untuk bisa membahagiakannya tetapi hal itu percuma karena dia sudah pergi "Kalau sejak dulu aku menggungkapkan perasaan ini kira-kira dia marah ngak ya" Jika Dia yang dulu masih hidup apakah dia akan menerima cinta ku, seandainnya aku ungkapkan perasaan ku Padanya sekarang.
Tuhan alangkah bodohnya aku, mengapa tidak dari dulu aku ungkapkan perasaan itu meski dia sudah tahu sejak sebelum pergi tentang perasaan dari tulisan ku, tetapi kami tidak pernah punya kesempatan untuk bertemu. Sang Puteri yang dulu kini sudah pergi untuk selama-lamannya, Mungkin ada benarnya bahwa cinta tidak harus memiliki dari dekat, cukup dari jauh saja, bagi ku pernah Mencintai dan Menyayangi dia saja lebih dari cukup meski tidak memiliki dan tidak akan pernah memiliki Cinta Sang Puteri yang dulu. Semua memang tinggal kenangan yang terindah, yang tersisa adalah penyesalan. Aku tetap menyayangi mu meski engaku telah pergi selamannya terima kasih sudah mengizinkan ku untuk mencintai mu.

Masa lalu adalah masa lalu meski indah ia tetaplah sesuatu yang harus dilalui, begitu juga masa sekarang meski menyiksa harus bisa dilewati agar bisa menjadi Masa Lalu yang Indah, ada harapan baru dimasa depan karena Rencana Alloh akan lebih Indah, Dia Maha Mengetahui segalannya. Aku lebih bahagia jika dia diambil orang dari pada dia diambil Alloh. Jika diambil orang setidaknya masih bisa melihatnya dari kejauhan meski tidak bisa memiliki, tetapi jika diambil oleh Mu Ya Rob untuk sekedar melihatnya saja aku tidak bisa lagi. Setidaknya bahwa aku pernah menyimpan perasaan ini untuknya dan itu bagi ku lebih dari cukup, mungkin perasaan ini akan kubawa juga sampai aku Mati ketika aku juga pergi semoga kisah ini dapat memberikan Inspirasi dan pelajaran jangan sampai kesalahan bodoh seperti itu terjadi pada orang lain.
8 Agustus 2015 tepat pada hari ini saat aku menulis semua kisah ini, sejak puluhan tahun lalu yang ku tahu hari ini adalah ulang tahunnya padahal sebenarnya dia ulang tahun tanggal 03 Agustus. Tetapi aku ingin mengingat hari ini saja yang menjadi ulang tahunnya, yang tersisa adalah Sang Puteri yang sekarang, karena bagi ku yang dulu sudah pergi untuk selamanya. Aku memiliki kesempatan untuk mencintai orang yang sama dikondisi yang berbeda meski rasa itu tidak sebesar dulu tetapi aku tidak ingin Alloh mengambil Dia lagi, cukup sekali saja.
Akan ku gunakan kesempatan ini tanpa menyia-nyiakannya sedikit pun, untuk membahagiakannya, menikahinya, tidak membiarkan Dia sedih lagi, Gemuk bersama, melihat anak tumbuh besar dan Bersama sampai tua nanti. Tetapi untuk bisa mencintai Dia yang sekarang aku butuh waktu dan terus belajar. Satu hal yang pasti aku sangat takut kehilangan Sang Puteri karena Alloh mengambilnya dari Ku karena aku lupa mensyukuri Nikmat itu. Terima kasih Ya Rob atas Luka, Luka dan Luka itu. Aku akan mencoba untuk mencintai Dia seperti dulu lagi. Maaf aku belum bisa memberikan sepenuhnya perasaan ini untuk mu dan akan terus belajar jatuh cinta, lagi, lagi, lagi dan lagi pada orang yang sama berulang kali. I Love You So Much Beb.
Read more

Wednesday, November 11, 2015

Sesuatu Yang Hilang


Sebelumnya, gue mau ngucapin selamat hari jadi dulu buat gue dan pacar gue, Euis, yang kedua tahun tepat 9 oktober kemarin. Gue bahagia bener, soalnya ini pertama kalinya gue pacaran sampai selama ini. karena kebeneran, dulu gue memang belum pernah punya pacar. Tapi gue bahagia, ini pertama kalinya gue pacaran, dan gue semakin yakin kalau dia bakal jadi yang terakhir buat gue juga. Setelah apa yang telah kita lalui selama ini, kayanya gue merasa sama dengan dia. kita memang sama dalam banyak hal, seperti, kita sama-sama suka, kita sama-sama punya orangtua, dan yang terpenting, kita sama-sama suka nonton doraemon. Untuk mencari pasangan yang bakal setia, carilah pasangan yang menurut kita dia itu sama dengan kita, mulai dari karakternya, sampai kekehidupan keluarganya, carilah yang sama. Dengan kesamaan itulah, kita akan mudah mengerti satu sama lain.
Selama gue pacaran dengan Euis pun gue merasa bebas, gue gak perlu harus repot-repot menjadi orang lain hanya demi membuat dia terkesan. Gue hanya perlu menjadi diri gue sendiri yang apa adanya dan gak ada apa-apanya. Karena Euis ini termasuk cewek yang bisa nerima cowok apa adanya. Walaupun dia suka doraemon, tapi dia bukan termasuk tipe cewek yang banyak nuntut. Die menganggap kalo kekurangan gue adalah sesuatu yang wajar, dan tidak perlu dipermasalahkan. Karena menurut dia yang terpenting adalah sikap gue yang harus bisa ngejaga perasaan dia.
Di tahun yang kedua ini, banyak sekali kejadian-kejadian aneh gue dengan dia, yang gue coba untuk ingat kembali. Gue gali terus memori otak gue sampai yang paling dalam, dan akhirnya gue inget untuk pertama kalinya gue megang tangan dia. waktu itu gue telah pacaran dengan dia selama kurang lebih empat bulan, setelah empat bulan pacaran, gue baru berani megang tangan dia. bayangin, empat bulan pacaran, gue baru berani megang tangan dia. beda banget sama anak muda sekarang, yang baru aja pacaran seminggu, tapi bibir udah monyong-monyong minta cium.
Waktu itu kita berdua sedang ingin menyebrang jalan menuju 21cinema untuk menonton film. Saat itu gue mikir, inilah kesempatan gue untuk bisa megang tangan dia, dan gue harus berani megang tangan dia erat-erat. disaat kita berdua sedang ingin menyebrang, gue langsung bilang ke dia…
“doh, aku pegang tangan kamu ya” kata gue “hanya untuk nyebrang jalan aja kok”
“iya doh” Euis memberi ijin.
Kita berdua pun nyebrang jalan sambil tuntunan, persis seperti di film drama korea, romantis namun sedikit amis.
Sesampainya di seberang, gue langsung melepaskan genggaman tangan kita, tapi baru aja gue ngelepasin genggamannya, dengan sigap Euis kembali megang tangan gue.
“kenapa dilepasin? pegang aja gak apa-apa” kata Euis, sambil memegang tangan gue.
Saat itu gue nggak menyangka kalau Euis akan berani berbuat nekat seperti ini, gue kaget, rasanya ingin sekali gue ngejerit, terus ngomong, IYEEEE!. Tapi gue nggak berani, karena takut dikatain gila.
“iya” jawab gue, singkat. Agar terlihat cool.
Sepanjang perjalanan kita berdua terus saja begandengan tangan sampai ke 21cinema. Walaupun banyak orang yang ngeliatin kita berdua, tapi saat itu gue nggak mempedulikan mereka. Karena saat itu yang ada di pikiran gue hanya satu, gue-bisa-pegang-tangan-dia. dan gue bahagia. Gak perduli orang lain mau menilai kita seperti apa, ketika itu gue nggak ada rasa malu sama sekali, walaupun sejujurnya gue orangnya pemalu, tapi ketika gue megang tangan dia, rasa malu itu langsung hilang.
Rencananya untuk merayakan hari jadi kita yang kedua tahun, gue ingin mengajak dia nonton. Gue akan ngajak dia nonton film Manusia Setengah Salmon. Sengeja gue milih nonton film itu karena, di film itu banyak sekali adegan lucu yang mungkin bisa ngebuat dia ketawa, dan gue udah riset, kalo kita bisa membuat pasangan kita ketawa, berarti kita sudah bisa mendapatkan dia sepenuhnya.
Gue udah mempersiapkan rencana ini sebaik mungkin, bahkan gue udah bilang ke dia kalau gue mau ngajak dia nonton, dan dia terlihat senang.
“serius mau ngajak aku nonton?” tanya Euis, dengan wajah semeringah.
“iya, kamu mau kan?” kata gue.
“mau, mau. aku kan udah lama gak nonton”
“sama aku juga udah lama gak nonton, soalnya tipi di rumah aku rusak. haha”
“haha, lucu!”
Gue merasa kalo belakangan ini gue udah jarang ngajak dia maen, nggak seperti di awal-awal kita pacaran yang setiap minggu pasti ada waktu maen. Sekarang ini kita udah mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Kita hanya ketemu di sekolahan aja, tepatnya di jam istirahat. Karena hanya saat itulah kita bisa mengobrol bersama. Mungkin ini yang membuat Euis sangat senang ketika gue ngajak dia nonton.
“eh, kamu inget gak pas pertama kali kita pergi nonton” lanjut Euis, membuyarkan lamunan gue.
“inget, pas empat bulan pertama kita pacaran kan?” kata gue.
“iya, lucu ya waktu itu”
“lucu? apanya yang lucu?”
“lucu aja,” euis memberikan penjelasan “waktu itu kita kan nonton film horor, padahal kan waktu itu banyak film romantis, tapi kita lebih memilih nonton film horor”
“haha, iya juga, kok bisa ya?”
“mungkin saat itu kita tidak terlalu mempedulikan apa-apa, karena kita sudah terlalu senang bisa pergi nonton”
“iya juga ya, waktu itu aku merasa jalan berdua dengan kamu aja udah seneng banget”
“hemm.. aku kangen kita yang dulu”
“iya aku juga.”
Sekarang gue baru sadar, kalau dulu itu kita berdua sangat romantis. Kalau mau kemana-mana kita harus rela naik angkutan umum, karena dulu itu gue belum punya kendaraan. Padahal dulu itu gue merasa kalau cara pacaran kita itu kaya anak kecil, tapi justru sekarang gue merasa kalau yang kaya anak kecil itulah yang gue inginkan saat ini. bukan hanya menaiki angkutan umum aja, ketika makan pun kita sering banget makan satu piring berdua, walaupun aneh, tapi itulah yang gue kangenin saat ini. kalau sekarang kayanya kita gak mau lagi naik angkutan umum bila mau pergi main, atau tidak mau lagi makan sepiring berdua, apabila kita tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli dua piring makanan, kita lebih tidak memilih untuk makan.
Dari semua nostalgia yang gue inget itulah, nantinya disaat gue akan pergi bareng dia, gue akan melakukan berbagai hal yang dulu pernah gue lakuin. Gue akan mencoba memegang tangan dia lagi saat sedang jalan, gue mau mencoba makan sepiring berdua lagi dengan dia, dan gue juga mau bilang kalau gue sayang banget sama dia, persis seperti waktu pertama kali gue nembak dia.
Tepat di hari kita akan pergi nonton, gue menjemput dia.
Setelah sampai, dan saat gue melihat dia, gue merasa kalau malem itu dia terlihat dewasa sekali, dia mengenakan celana jeans warna crem dengan blazer hitam, dia terlihat cantik dan dewasa dengan pakaian itu. Sedangkan gue, gue hanya memakai pakaian seperti anak kecil, yaitu sendal jepit dan celana cino sama baju kerah warna biru. Gue jadi merasa kalau sedang jalan dengan majikan sendiri malam itu.
“kamu kok lama nyusul aku nya, nanti filmnya keburu mulai loh” kata Euis, sambil naik ke atas motor.
“maaf ya, tadi aku nganter ibu dulu soalnya” gue memberi alesan.
“ya udah gak papa”
“kamu keliatan dewasa malam ini” kata gue, mencoba menilai cara berpakaian dia.
“iya tah doh, tapi kamu suka kan?”
“oh suka, suka banget. Jadi terlihat beda aja kamunya”
“makasih ya, kamu juga terlihat keren kok”
“ah yang bener” gue mulai ge-er, sambil senyum sendiri.
“iya kalo dibandingin sama anak kecil di depan rumah aku, haha”
“hahah.” Gue malah sok-sokan ketawa, padahal hati menangis.
Gue udah berencana ketika nanti disaat kita telah sampai tujuan, dan telah turun dari motor, gue akan langsung gandeng tangan dia. dan gue juga berencana untuk ngajak dia makan dulu sebelum nonton. Gue akan makan bareng dia sepiring berdua. Setelah itu gue akan ngomong ke dia, kalau gue sayang banget sama dia. pokoknya, semua rencana itu harus gue lakuin.
Sesampainya di tempat tujuan, dan motor telah terparkir. Gue yang tadinya berencana untuk megang tangan dia, ternyata gagal, karena saat itu ramai sekali orang, membuat gue malu untuk megang tangan dia. terus disaat gue mau ngajak dia makan, lagi-lagi gagal. Karena film yang akan kita tonton itu ternyata sudah mau mulai. Dua rencana yang telah gue persiapkan pun gagal total. Semua ini semakin diperparah dengan kita yang kebagian tempat duduk paling depan saat nonton nanti. Gue yakin kalo nanti pas udah selesai nonton mata gue akan keluar, dan leher gue akan berputar 180 derajat, karena kedeketan nontonnya.
“gak papa ya doh nontonnya paling depan?” tanya gue.
“ya udah doh gak papa deh” jawab Euis, pasrah
“coba kita datengnya lebih awal ya”
“kamu si kelamaan”
“iya iya maaf. Ya udah yuk masuk”
“iya”
Setelah berada di dalam bioskop, dan film telah diputar. Kita berdua pun mulai menikmati suasana yang tercipta. Sesekali kita ketawa dengan satu adegan yang kita anggep lucu, dan sesekali gue melihat ke arah dia. ketika itu gue merasa seneng bener karena telah memberikan dia kebahagiaan, walaupun hanya sedikit. Gue pegang tangan dia erat-erat, dan dia ngebales pegangan tangan gue, terus kepala dia direbahkan tepat di atas pundak gue. gue merasa, kalau inilah yang gue cari selama ini, sudah jarang kita mendapat kesempatan untuk sedekat ini. sebab itulah gue mau menikmatinya sebaik mungkin.
Ada satu adegan di film itu yang nanti akan gue tiru, yaitu disaat si Dika mengantar Patricia pulang, terus setelah sampai di rumah Patricia, Dika langsung ngomong makasih ke Patricia untuk malem ini. Patricia hanya tersenyum ketika Dika ngomong seperti itu. Dan gue menganggap itu satu hal yang romantis, dan gue akan menirunya nanti ketika gue nganter dia pulang.
Setelah lebih dari satu jam, akhirnya film itu berakhir. Dengan begitu pegangan tangan kita berakhir juga. Kita langsung keluar dari ruangan bioskop, dan langsung menuju tempat parkir. Gue sadar saat itu, kalau gue hanya berani megang tangan dia disaat orang lain tidak ada yang melihat. Kita berjalan bersampingan sambil sesekali ketawa karena teringat adegan lucu di film tadi.
Di atas motor, kita berdua hanya diem-dieman, sekarang Euis memeluk badan gue dari belakang dengan kepala yang kembali ditempelkan di pundak gue. sepertinya saat itu Euis sudah terlalu lelah, karena waktu pun sudah menunjukan pukul sepuluh malam, yang bagi kita itu sudah terlalu malam. Banyak sekali yang gue fikirkan saat itu di atas motor, sesuatu yang gue anggap telah hilang dari cara kita berpacaran. baik dulu dan sekarang, gue udah merasa beda. Tidak ada lagi yang namanya pegangan tangan saat berjalan, tidak ada lagi makan sepiring berdua. Satu hal yang masih tersisa sampai saat ini adalah, gue masih sayang sama dia, begitupun sebaliknya. Gue merasa kalau kita mungkin sudah terlalu dewasa, sehingga kita tidak perlu lagi memperlihatkan kemesraan di depan orang banyak, hanya kita berdua sajalah yang tau bagaimana kita.
Sesampainya di depan rumah Euis, setelah dia turun dari motor gue langsung ngomong seperti di film tadi…
“makasih ya doh untuk malem ini” kata gue, menirukan Dika di film tadi.
“ye, kamu niruin adegan di film tadi ya” sahut Euis “huu gak kreatif” ternyata Euis sudah hafal bener dengan cerita film tadi. Gue sempet malu saat itu, gue diem sebentar memandang mata dia, lalu ngomong lagi.
“tapi serius lu, aku seneng banget malem ini” lanjut gue.
“yang bener?” tanya Euis.
“iya beneran, makasih ya udah mau nemenin aku malam ini. Aku sayang banget sama kamu” kata gue, berharap Euis tidak nangis setelah mendengar kata-kata itu dari gue.
Euis hanya senyum, dia tidak membalas kata-kata yang tadi gue ucapkan, dia hanya memandang tajam ke dalam mata gue, seolah memberi tahu kalau dia juga sayang sama gue dan dia bahagia malam ini.
Read more

HINGGA MENJELANG SENJA

“Sheevaaa…sinii lihaaattt! Ada anak kepiting lucu bangeet..” Nimo memanggil Sheva dengan sangat antusias. Nimo terlihat begitu senang, kakinya melompat-lompat kecil di atas pasir pantai dengan gemas. Gaya bicaranya sangat kekanak-kanakan, volume suaranya juga meninggi.
Sheva tersenyum kecil menanggapi Nimo. Nimo yang selalu Sheva kenal. Sebenarnya ia sangat ingin meladeni seluruh celotehan dan tingkah laku Nimo yang super ceria itu. Namun tubuh Sheva sudah lumayan merasa letih dan ingin meluruskan kakinya dulu sejenak.
“I-iya Nimo. Nanti aku lihat.. tapi aku mau selonjoran dulu yah sebentar.. oke?”
Nimo sepertinya tidak terlalu mengindahkan permintaan Sheva. Langsung ia menghampirinya yang sedang duduk di atas pasir pantai dengan ekspresi merajuk. Gaya berjalannya sungguh seperti anak kecil yang menghampiri ibunya untuk memaksanya masuk ke dalam toko mainan.
“Oke Nimo… oke… iya ini aku lihat anak kepitingnya deh” Sheva mengalah, ia bangkit sebelum Nimo menarik tangannya.
Nimo segera berlari lagi sambil menunjuk-nunjuk anak kepiting itu. Sheva segera menghampirinya dan menjadi penasaran seperti apa anak kepiting yang sangat menarik perhatian Nimo itu. Ternyata benar, anak kepiting itu memiliki bentuk yang cantik. Tempurungnya berwana hijau tua dengan bintik-bintik berwana merah terang.
Sungguh indah, jarang Sheva lihat yang wujudnya seperti itu. Nimo kemudian tertawa renyah, merasa bahagia dan puas telah menunjukkan hewan cantik ini kepada Sheva. Pikir Sheva, Nimo memang memiliki paras yang menawan. Rambut keritingnya yang tertiup angin pantai, suara tawanya yang renyah dan lesung pipi dalamnya itu selalu dapat memesonanya seperti terakhir kali Sheva melihatnya. Sheva tersipu dan merasakan hembusan desiran hangat di dalam hatinya.
Tidak terasa ssudah berjam-jam mereka menghabiskan waktu berdua di pantai. Membuat istana pasir, bermain ombak, hingga berbicara dan tertawa melantur hampir sudah mereka lakukan semuanya. Sheva tidak menduga bahwa hari ini akan berwujud seindah ini. Dia juga sangat bahagia karena Nimo tidak berubah sedikitpun. Tetap periang, sedikit kekanakan, msudah tertawa, sensitif dan selalu memiliki kreatifitas yang tidak terbatas dalam menggambarkan imajinasinya menjadi wujud yang konkrit.
Sebenarnya Sheva juga merasa iri terhadap semangat Nimo. Semangat yang selalu terpancar dari sorot matanya ternyata tidak menurun sama sekali. Sheva heran, seakan-akan Nimo tidak pernah merasa sedih ataupun digerogoti oleh kepahitan dalam hidupnya.
Hanya dengan melihat tatapan Nimo, Sheva seakan-akan mendapat kembali semangatnya. Sorot mata yang periang namun lembut, membuat Sheva merasakan seperti kembali ke rumahnya. Selama ini Nimo hadir bagaikan cermin terhadap diri Sheva. Terlalu banyak persamaan yang ada pada diri mereka.
Mereka saling memantulkan semangat dan kesedihan satu sama lain. Tanpa banyak kata-kata yang terucap, Nimo dan Sheva selalu bisa merasakan gejolak perasaan satu sama lain. Segala hal yang baik dan buruk terasa begitu relatif bagi mereka berdua.
Hari ini mereka merasa seperti terlahir kembali. Seperti anak kecil, mereka menciptakan kebahagiaan murni yang tiada batas. Kebahagiaan yang membuat hati Sheva terasa begitu penuh dan serasa ingin meledak.
Tanpa terasa, langit ssudah mulai meredup. Matahari rupanya sudah tidak terlalu bersemangat untuk memancarkan cahayanya, namun hari juga belum kunjung gelap. Suara beberapa ekor burung camar juga masih terdengar dari kejauhan. Pikir Sheva, mereka masih memiliki waktu beberapa saat lagi.
Saat ini Sheva sangat berharap agar Tuhan memberikan durasi tambahan supaya Ia tidak segera menenggelamkan matahari di hari ini.
“Nimo, kita pindah duduk di situ aja yuk. Kayaknya mataharinya bisa kelihatan lebih jelas” ajak Sheva dengan spontan.
“Boleh, boleh.. yuk kita pindah” Mereka langsung berjalan menuju batu besar yang ditunjukkan Sheva tersebut. Nimo memang figur yang easy-going, dia tidak pernah mempersulit segala hal. Di atas batu itu, mereka berdua duduk bersebelahan.
Sesungguhnya Sheva merasa berat untuk kembali ke realita hidupnya. Ia tahu waktunya tidak akan lama lagi. Namun di satu sisi, hidupnya saat ini adalah kehidupan impian yang selalu ia dambakan sejak dulu dan tak mungkin Sheva tinggalkan. Pandangannya lalu menuju ke bawah, melihat gelombang-gelombang air laut yang menghantam batu besar di bawah tempat mereka duduk.
“Semua orang punya proses pendewasaannya, Sheva. Mungkin hari ini bukan esensi sebenarnya dari kehidupan kita. Tapi… yah, anggap aja ini kayak mimpi indah. Terasa indah untuk sesaat, tapi habis itu kita bangun dan melanjutkan hidup lagi.” Nimo tersenyum lebar.
Sheva terkejut mendengarnya, sungguh tidak ia duga. Sheva hanya termangu keheranan menatap Nimo dengan setengah tidak percaya. Bagaimana bisa Nimo menebak pikirannya.
“Ni-nimo.. kenapa kamu.. k-kok… b-bisa..”
“Mulut kamu diam, tapi pikiran sama mata kamu bicara. Dan aku bisa denger semua itu di sini” Nimo meletakkan telapak tangannya di dada. Sorot matanya sungguh lembut menatap Sheva saat itu, seakan menenangkan sekaligus memberikan kekuatan baginya.
Sheva tersenyum getir, ia memalingkan wajahnya dari wajah Nimo sambil menghembuskan napas berat. Air matanya mulai menggenang. Dia tak sanggup berkata-kata lagi untuk saat ini.
“Aku bisa rasain itu, va. Apalagi kita duduk sebelahaan kayak gini. Rasanya kita jadi transparan untuk menerawang satu sama lain yah” Sheva bisa mendengar suara Nimo yang juga memberat. Suasana menjadi kelabu dan terdiam untuk sesaat. Hanya terdengar jelas suara ombak yang berkejaran di tengah laut.
Namun, bukan Nimo namanya kalau tidak pintar mengubah suasana. Tiba-tiba ia mencolek pundak Sheva, wajahnya langsung berubah ceria.
“Oh iya Sheva, kamu kenapa sih kepikiran buat bikin alis kaya gitu? Itu pake cat minyak apa gimana sih? Kamu jadi kelihatan lebih judes tahu, hehehehe”
Serasa mood-nya diangkat kembali, Sheva kembali tersenyum dan tertawa sedikit geli. “Diandra Geronimoo, ini namanya tato aliis yaaah… masa gak tahu, gak gaul sih kamu”
Nimo menatap dengan ekspresi mengejek, “oh tahu aku mah… yang pake spidol permanen itu kan?” ia terbahak dengan gurauannya sendiri.
Suasana segera mencair kembali, semudah itu. Sheva memang tidak pernah tidak terkesan terhadap Nimo. Sifat periang dan selera humor tinggi itu mengingatkan dirinya mengapa dia pernah jatuh cinta dengan pemuda berambut keriting ini. Waktu memang berlalu terlalu cepat.
“Tiga puluh tiga tahun, Sheva… sudah kepala tiga kita. Nggak kerasa ya?”
“Iya. Kita sudah nggak terlalu muda lagi, Mo. Banyak yang berubah, apalagi timbunan strech-mark di perutku setelah melahirkan”
“Buatku kamu tetap selalu cantik, tenang aja. Dan ada beberapa hal yang nggak berubah kok.. semuanya dijawab di hari ini. Kamu tahu itu.”
Benar juga, ada beberapa hal yang tidak akan lekang termakan waktu. Salah satunya adalah ikatan batin ini. Entah mengapa, perpisahan selama lebih dari tiga tahun lalu itu tidak berhasil juga benar-benar memisahkan ikatan ini.
***
Nimo memang selalu bisa mencerahkan hari-hari Sheva, begitupun sebaliknya. Sayangnya, keharmonisan mereka berdua ternyata belum cukup untuk mengesankan hati orangtua Sheva. Tuntutan dari orangtua Sheva untuk segera menikah juga tidak sanggup untuk Nimo penuhi ketika itu. Alasannya klasik, Nimo hanya merasa kurang mapan secara finansial. Nimo juga merasa masih terlalu cepat mereka untuk memutuskan untuk menikah. Saat itu usia mereka sama-sama masih 24 tahun.
Akhirnya, ada masanya di mana cinta mereka bukanlah menjadi hal yang potensial lagi untuk diteruskan. Terutama bagi Sheva, cintanya kepada Nimo tidak dapat digunakan lagi sebagai perisai untuk selalu menahan tekanan dari kedua orangtuanya. Nimo pun menjadi terkesan semakin lemah di mata kedua orangtua Sheva. Ketika restu sudah tidak mungkin lagi didapat, hubungan mereka yang terjalin selama lebih dari empat tahun akhirnya kandas begitu saja.
Beberapa bulan setelah itu, Sheva mengenal Dirgo. Dirgo adalah seorang pengusaha muda yang meneruskan pabrik konveksi milik ayahnya. Sosok yang dewasa, bersahaja, potensial dan mapan. Tidak heran, sosok Dirgolah yang akhirnya mendapatkan restu dari kedua orangtua Sheva. Saat ini kehidupannya bisa dibilang telah memenuhi kriteria orangtuanya yang selama ini dimaksud, memiliki sepasang anak kembar, asuransi terjamin dan tinggal di lingkungan real-estate.
Bagaimana dengan Nimo? Setelah benar-benar pulih dari depresi dan mengabiskan puluhan sesi konserling, akhirnya dia bertemu dengan Fara.
Fara adalah salah seorang rekan kerjanya di kantor. Kehadirannya dapat mengisi kehidupannya kembali yang sempat hampa. Sebagai seorang sahabat, Fara sungguh memahami posisi dirinya yang berada di dalam posisi sulit. Saat itu Nimo sangat merasa beruntung karena Fara dapat membantunya untuk bertahan dan bangkit dari keterpurukannya. Sekitar dua tahun lalu mereka akhirnya menikah dan saat ini Nimo memiliki seorang anak lucu yang masih balita.
***
Garis cakrawala membentang lurus di sepanjang lautan. Dari permukaan laut, tampak jelas pendaran bayangan matahari yang seolah-oleh tenggelam di dalam laut. Langit yang semula biru cerah perlahan berubah menjadi semakin berwarna jingga.
Awan tampak lebih berjauhan, menyisakan celah lebar sebagai lintasan bagi burung-burung camar yang ingin pulang. Udara yang semula membelai hangat kini berubah menjadi berhembus lebih dingin. Sheva memperhatikan suasana sekeliling sesaat. Ia ingin merekam dengan jelas dan mengingat segala detil yang berada di tempat ini, tepatnya di hari ini. Seolah-olah dia tidak rela kehilangan sedikitpun kenangan manis ini.
“Aku harus pulang, Nimo.. sudah mulai sore juga di sini”. Sheva tahu Nimo menunggunya untuk mengatakan perpisahan ini duluan.
Nimo tidak langsung menjawab, hanya mengangguk pelan sambil tersenyum. Wajahnya terlihat begitu damai. Sheva merasa bersyukur melihat banyak perubahan positif pada diri Nimo. Saat itu juga Sheva ingin sekali berterima kasih kepada Fara karena dapat mendampinginya di masa-masa sulit. Tanpa adanya Fara, mungkin Nimo juga tidak akan menjadi sebijak ini.
Sheva membalas senyuman Nimo. Lalu ia menuruni batu besar tempat mereka duduk, meninggalkan Nimo yang sedang berdiri di ujungnya. Mereka tahu, saat ini tidak diperlukan lagi kata-kata hanya untuk menunjukkan perasaan tertentu.
Ini bukanlah suatu perpisahan karena mereka sudah pernah mengalami perpisahan sebelumnya. Berbeda dengan dulu, saat ini mereka juga harus memberikan batasan untuk perasaan emosional satu sama lain. Kenyataannya, senyum simpul saja sudah cukup untuk mewakili kata “terima kasih untuk semua di hari ini” bagi mereka.
Sheva tiba-tiba terkejut mendengar suara lantang Nimo dari belakang.
“Kamu harus tahu Sheva! Fara nggak akan pernah gantiin kamu. Dirgo juga nggak akan pernah gantiin aku. Ini adalah takdir, jalan hidup yang harus kita lalui. Jalan terus Sheva, jangan pernah sekalipun kamu nengok ke belakang. Kita punya happy ending di kehidupan masing-masing. Aku selalu berdoa yang terbaik untuk kamu. Selamat jalan, Shevaa!”
Sheva terhenyak mendengarnya. Suatu pandangan yang sangat bijak dari Diandra Geronimo yang dulu merupakan cinta matinya. Air matanya langsung menghambur keluar dari matanya. Air mata bahagia yang keluar deras, namun tanpa isak yang menyakitkan. Saat itu Sheva memutuskan untuk menjadi setegar Nimo, dia tetap berjalan meninggalkan Nimo.
Melihat Sheva yang pergi, Nimo hanya pasrah melihatnya. Ia terduduk lemas di atas lututnya dan membalikkan badannya ke arah lautan dengan gontai. Mereka saling membelakangi, memfasilitasi jarak dan waktu untuk menguatkan diri mereka satu sama lain. Kemudian mereka terpisah jauh, semakin jauh dari kekangan emosional di masa lalu dan melepaskan segala kepahitan yang sempat membelenggu jiwa mereka.
Read more

CERITA DIBAWAH HUJAN



Hujan kembali mengguyur kota Jakarta. Membuat genangan-genangan air yang tak beraturan. Seorang gadis SMA terus menghentakkan kakinya kesal. Meruntuki hujan yang tak kunjung reda. Bajunya sudah basah akibat angin yang menerpa tubuhnya membawa bulir air hujan. Sambil menggosok-gosokan tangan ke tubuhnya menahan rasa dingin yang menyerangnya itu.
Jam pulang anak sekolah sudah dari 2 jam yang lalu. Entah sampai kapan ia harus terus menunggu hujan reda di halte tempat ia berpijak.
“Sial! Gara-gara Oik jadi kejebak hujan gini kan!” gerutunya kesal.
Ah iya. Dia terlambat pulang akibat ulah Oik. Karena di jam pelajaran sejarah tadi, Oik ketinggalan mencatat, jadilah dia menunggui Oik mencatat. Pasalnya, Oik itu adalah sahabatnya. Makanya dia rela nungguin Oik, supaya bisa pulang bareng juga. Namun apa daya, tiba-tiba Oik dijemput oleh kekasihnya. Dan akhirnya ia harus pulang sendiri seperti saat ini.
“Oik nyebelin! Hujan nyebelin! Semuanya nyebelin!” teriak gadis itu tak jelas. Ia tak peduli orang akan menganggapnya gila. Persetan orang gila.
“Berisik!” ujar seseorang tiba-tiba.
Ia pun kaget, dengan cepat ia menoleh kesumber suara. Dan, GOSH! Dia tampan sekali! Di sebelahnya ada seorang pemuda yang mencibirnya tadi. Pemuda berwajah seperti orang Korea, dengan mata hazel yang mampu menghipnotis kaum hawa, beperawakan tinggi atletis, dan berkulit putih. Ah sempurna. Tapi tunggu pemuda itu sama dengannya, masih mengenakan seragam sekolah.
“Kamu siapa?” tanya si gadis dengan wajah takut. Ya meskipun dia tampan -menurutnya- tapi siapa tahu dia berniat berbuat jahat. Eh tapi mana mungkin, pemuda itu kan pelajar, sama seperti dirinya.
“Gak usah takut. Aku gak gigit orang kok,” bukannya menjawab, pemuda itu malah menggodanya.
“Ish! Siapa yang takut sama kamu?”
“Kamulah, siapa lagi yang ada di sini selain aku sama kamu? Hahahaha,” ledek si pemuda.
“Mmm, hujannya udah sedikit reda nih, aku anter pulang yuk!”
Oh My Allah, mimpi apa aku semalem. Dianterin pulang cowok ganteng gini pula! Wah, Wah, Wah, Dewa Fortuna lagi berpihak di gue nih. Hahaha,” batin gadis itu bahagia. Dengan semangat, ia menganggukkan kepala.
“Sip, bentar ya!”
Pemuda itu berlari menyebrang jalan. Ia meminta kardus ke penjual pinggir jalan raya itu. Kemudian ia kembali ke halte tadi. “Ayo! Keburu deres lagi entar!” kata si pemuda.
Gadis itu mendekat ke arahnya. Mereka berjalan berdua dengan berlindung di bawah kardus tadi. Keheningan sama sekali tak terjadi di antara mereka. Mereka justru saling bertanya satu sama lain mengenai diri masing-masing.
“Ng, Rumahmu di mana?” tanya si gadis.
“Samping rumahmu,”
“What?! Apa maksudnya? Ah sebentar. Di samping rumahku memang ada penghuni baru -kata mama- tapi gue sama sekali gak nyangka, bahwa dia adalah si penghuni itu?” Bathin si gadis terkejut.
“Jadi, kamu penghuni rumah sampingku itu?” dengan wajah shock pastinya.
“Bingo! Makanya jangan di dalam rumah terus, jadi gak tahu kan punya tetangga tampan kaya aku.”
“Ng, hehehe,” gadis itu menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Ah, Dia salting.
Tak lama kemudian, mereka telah sampai di rumah si gadis itu.
“Makasih Ng-” gadis itu bingung melanjutkan ucapannya, lantaran ia tidak tahu nama pemuda di hadapannya.
Melihat gadis itu kebingungan, pemuda itu dengan gesit memberi tahu namanya, “Cakka, aku Cakka.” katanya disertai senyuman mautnya.
Ah, ini seperti mimpi. Pertemuan di bawah naungan hujan itu membuatku berdebar tak karuan. Well, aku tak lagi membenci hujan. Karena sekarang, aku sangat mencintai hujan. Terima kasih, hujan.
The End
Read more

Sunday, February 1, 2015

Indahnya Kata-Kata Cinta Pandangan Pertama


Cinta pada pandangan pertama
memang sangat indah yang bahkan keindahan manapun tak ada yang menyamai indahnya
perasaan cinta. Dunia terasa begitu indah bak berada di taman surga. Hari-hari
dipenuhi akan kebahagiaan, membuat bibir kerapkali tersenyum sendiri mengingat
semua yang berkaitan dengannya.



Cinta pada pandangan pertama pun
seringkali membuat anda yang mengalami jatuh hati tersebut
Read more