Friday, April 8, 2016

CINTA BUKANLAH MODAL UTAMA DALAM PERNIKAHAN

Kisah nyata akhwat gorontalo :
Namaku mariani orang-orang biasa memangilku aryani, ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga hari ini masih belum lekang dalam benakku, sebuah kisah yang nyaris membuatku menyesal seumur hidup bila aku sendiri saat itu tidak berani mengambil sikap. Yah, sebuah perjalanan kisah yang sungguh aku sendiri takjub dibuatnya, sebab aku sendiri menyangka bahwa didunia ini mungkin tak ada lagi orang seperti dia.
Tahun 2007 silam, aku dipaksa orang tuaku menikah dengan seorang pria, kak arfan namanya, kak arfan adalah seorang lelaki yang tinggal sekampung denganku, tapi dia seleting dengan kakakku saat sekolah dulu, usia kami terpaut 4 tahun, yang aku tahu, bahwa sejak kecilnya kak arfan adalah anak yang taat kepada orang tuanya, dan juga rajin ibadahnya, dan tabiatnya seperti itu terbawa-bawa sampai ia dewasa,
Aku merasa risih sendiri dengan kak arfan apabila berpapasan di jalan, sebab sopan santunya sepertinya terlalu berlebihan pada orang-orang, geli aku menyaksikannya, yah, kampungan banget gelagatnya…,
Setiap ada acara-acara ramai di kampungpun kak arfan tak pernah kelihatan bergabung sama teman-teman seusianya, yaah, pasti kalau dicek kerumahnyapun gak ada, orang tuanya pasti menjawab:
Kak arfan dimesjid nak, menghadiri taklim”,
Dan memang mudah sekali mencari kak arfan, sejak lulus dari pesantren al-khairat kota gorontalo, kak arfan sering menghabiskan waktunya membantu orang tuanya jualan, kadang terlihat bersama bapaknya dikebun atau disawah, meskipun kadang sebagian teman sebayanya menyayangkan potensi dan kelebihan-kelebihannya yang tidak tersalurkan.
Secara fisik memang kak arfan hampir tidak sepadan dengan ukuran ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sebab kadang gadis-gadis kampung suka menggodanya kalau kak arfan dalam keadaan rapi menghadiri acara-acara di desa, tapi bagiku sendiri itu adalah hal yang biasa-biasa saja, sebab aku sendiri merasa bahwa sosok kak arfan adalah sosok yang tidak istimewa,
Apa istimewanya menghadiri taklim, kuper dan kampunga banget, kadang hatiku sendiri bertanya, koq bisa yah, ada orang yang sekolah dikota namun begitu kembali tak ada sedikitpun ciri-ciri kekotaan melekat pada dirinya, hp gak ada, selain bantu orang tua, pasti kerjanya ngaji, sholat, taklim dan kembali kekerja lagi, seolah ruang lingkup hidupnya hanya monoton pada itu-itu saja,
Ke bioskop kek, ngumpul bareng teman-teman kek stiap malam minggunya di pertigaan kampung yang ramainya luar biasa setiap malam minggu dan malam kamisnya, apalagi setiap malam kamis dan malam minggunya ada acara curhat kisah yang top banget disebuah station radio swasta di gorontalo, kalau tidak salah ingat nama acaranya suara hati dan nama penyiarnya juga satrio herlambang.
Waktu terus bergulir dan seperti gadis-gadis modern pada umumnya yang tidak lepas dengan kata pacaran, akupun demikian, aku sendiri memiliki kekasih yang begitu sangat aku cintai, namanya boby, masa-masa indah kulewati bersama boby, indah kurasakan dunia remajaku saat itu, kedua orang tua boby sangat menyayangi aku dan sepertinya memiliki sinyal-sinyal restunya atas hubungan kami,
Hingga musibah itu tiba, aku dilamar oleh seorang pria yang sudah sangat aku kenal yah siapa lagi kalau bukan sikuper kak arfan lewat pamanku orang tuanya kak arfan melamarku untuk anaknya yang kampungan itu,
Mendengar penuturan mama saat memberitahu padaku tentang lamaran itu, kurasakan dunia ini gelap, kepalaku pening…, aku berteriak sekencang-kencangnya menolak permintaan lamaran itu dengan tegas dan terbelit-belit aku sampaikan langsung pada kedua orang tuaku bahwa aku menolak lamaran keluarganya kak arfan, dan dengan terang-terangan pula aku sampaikan pula bahwa aku memiliki kekasih pujaan hatiku, boby. 
Mendengar semua itu ibuku shock dan jatuh tersungkur kelantai, akupun tak menduga kalau sikapku yang egois itu akan membuat mama shock, baru kutahu bahwa yang menyebabkan mama shok itu karena beliau sudah menerima secara resmi lamaran dari orang tuanya kak arfan, hatiku sedih saat itu, kurasakan dunia begitu kelabu, aku seperti menelan buah simalakama, seperti orang yang paranoid, tidak tahu harus ikut kata orang tua atau lari bersama kekasih hatiku boby.
Hatiku sedih saat itu..
Dengan Berat hati dan penuh kesedihan aku menerima lamaran kak arfan untuk menjadi istrinya dan kujadikan malam terakhir perjumapaanku dengan boby di rumahku meluapkan kesedihanku, meskipun kami saling mencintai tapi mau tidak mau boby harus merelakan aku menikah dengan kak arfan karena dia sendiri mengakui bahwa dia belum siap membina rumah tangga saat itu.
Tanggal 11 agustus 2007 akhirnya pernikahankupun digelar, aku merasa bahwa pernikahan itu begitu menyesakkan dadaku, air mataku tumpah di malam resepsi pernikahan itu, ditengah senyuman orang-orang yang hadir pada acara itu, mungkin akulah yang paling tersiksa, karena harus melepaskan masa remajaku dan menikah dengan lelaki yang tidak pernah kucintai.
Dan yang paling membuatku tak bisa menahan air mataku, mantan kekasihku boby hadir juga pada resepsi pernikahan tersebut, ya Allah mengapa semua ini harus terjadi padaku ya Allah…mengapa aku yang harus jadi korban dari semua ini?
Waktu terus berputar dan malampun semakin merayap, hingga usailah acara resepsi pernikahan kami, satu persatu para undangan pamit pulang hingga sepilah rumah kami, saat masuk kedalam kamar, aku tidak mendapati suamiku kak arfan didalamnya,
Dan sebagai seorang istri yang hanya terpaksa menikah dengannya maka akupun membiarkannya dan langsung membaringkan tubuhku setalah sebelumnya menghapus make-up pengantinku dan melepaskan gaun pengantinku, aku bahkan tak perduli kemana suamiku saat itu, karena rasa capek dan diserang kantuk akupun akhirnya tertidur.
Tiba-tiba disepertiga malam aku tersentak tak kala melihat ada sosok hitam yang berdiri disamping ranjang tidurku, dadaku berdegup kencang, aku hampir saja berteriak histeris andai saja saat itu tak kudengar serua takbir terucap lirih dari sosok yang berdiri itu, perlahan kuperhatikan dengan seksama, ternyata sosok yang berdiri disampingku itu adalah kak arfan suamiku yang sedang sholat tahajud, perlahan aku baringkan tubuhku sambil membalikkan diriku membelakanginya yang saat itu sedang sholat tahajud. 
Ya Allah aku lupa bahwa sekarang aku telah menjadi istrinya kak arfan, tapi meskipun demikian aku masih tak bisa menerima kehadirannya dalam hidupku, saat itu karena masih dibawah perasan ngantuk, akupun kembali teridur, hingga pukul 04.00 dini hari kudapati suamiku sedang tidur beralaskan sajadah dibawah ranjang pengantin kami,
Dadaku kembali berdegung kencang kala mendapatinya, aku masih belum percaya kalau aku telah bersuami, tapi ada sebuah tanya terbetik dalam benakku, mengapa dia tidak tidur diranjang bersamaku, kalaupun dia belum ingin menyentuhku, paling gak dia tidur seranjang denganku itukan logikanya, ada apa ini ? Ujarku perlahan dalam hati.
Aku sendiri merasa bahwa mungkin malam itu kak arfan kecapekan sama sepertiku sehingga dia tidak mendatangiku dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami, tapi apa peduliku dengan itu semua, toh akupun tidak menginginkannya, gumamku dalam hati.
Hari-hari terus berlalu, dan kamipun mejalani aktifitas kami masing-masing, kak arfan bekerja mencari rezeki dengan pekerjaannya, dan aku dirumah berusaha semaksimal mungkin untuk memahami bahwa aku telah bersuami, dan memiliki kewajiban melayani suamiku, yah minimal menyediakan makanannya, meskipun kenangan-kenangan bersama boby belum hilang dari benakku, aku bahkan masih merinduinya.
Semula kupikir bahwa prilaku kak arfan yang tidak pernah menyentuhku dan menunaikan kewajibannya sebagai suami itu hanya terjadi malam pernikahan kami, tapi ternyata yang terjadi hampir setiap malam sejak malam pengantin itu kak arfan selalu tidur beralaskan permadani dibawah ranjang atau tidur diatas sofa didalam kamar kami, dia tidak pernah menyentuhku walau hanya menjabat tanganku,
Jujur segala kebutuhanku selalu dipenuhinya, secara lahir dia selalu mafkahiku, bahkan nafkah lahir yang dia berikan lebih dari apa yang aku butuhan, tapi soal biologis, kak arfan tak pernah sama sekali mengungkit-ngungkitnya atau menuntutnya dariku, bahkan yang tidak pernah kupahami, pernah secara tidak sengaja kami bertabrakan didepan pintu kamar dan kak arfan meminta maaf seolah merasa bersalah karena telah menyetuhku. 
Ada apa dengan kak arfan ?
Apa dia lelaki normal ?
Kenapa dia begitu dingin padaku ?
Apakah aku kurang dimatanya ?
Atau ? Pendengar, jujur merasai semua itu membuat banyak tanya berkecamuk dalam benakku, ada apa dengan suamiku ?
Bukankah dia pria yang beragama dan tahu bahwa menafkahi istri itu secara lahir dan bathin adalah kewajibannya…?
Ada apa dengannya, padahal setiap hari dia mengisi acara-acara keagamaan dimesjid, begitu santun pada orang-orang dan begitu patuh kepada kedua orangtuanya, bahkan terhadap akupun hampir semua kewajibannya telah dia tunaikan dengan hikmah, tidak pernah sekalipun dia mengasari aku, berkata-kata keras padaku, bahkan kak arfan terlalu lembut bagiku, tapi satu yang belum dia tunaikan yaitu nafkah bathinku,
Aku sendiri saat mendapat perlakuan darinya setiap hari yang begitu lembutnya mulai menumbuhkan rasa cintaku padanya dan membuatku perlahan-lahan melupakan masa laluku bersama boby.
Aku bahkan mulai merindukannya tak kala dia sedang tidak dirumah, aku bahkan selalu berusaha menyenangkan hatinya dengan melakukan apa-apa yang dia anjurkannya lewat ceramah-ceramahnya pada wanita-wanita muslimah, yakni mulai memakai busana muslimah yang syar’i. 
Memang 2 hari setelah pernikahan kami, kak arfan memberiku hadiah yang diisi dalam karton besar, semula aku mengira bahwa hadiah itu adalah alat-alat rumah tangga, tapi setelah kubuka, ternyata isinya 5 potong jubah panjang berwarna gelap, 5 buah jilbab panjang sampai selutut juga berwana gelap, 5 buah kaos kaki tebal panjang berwarnah hitam dan 5 pasang manset berwarna gelap pula, jujur saat membukanya aku sedikit tersinggung, sebab yang ada dalam bayanganku bahwa inilah konsekwensi menikah dengan seorang ustadz,
Aku mengira bahwa dia akan memaksa aku untuk menggunakannya, ternyata dugaanku salah sama sekali, sebab hadiah itu tidak pernah disentuhnya atau ditanyainya, dan kini aku mulai menggunakannya tanpa paksaan siapapun, kukenakan busana itu agar dia tahu bahwa aku mulai menganggapnya istimewa, bahkan kebiasaannya sebelum tidur dalam mengajipun sudah mulai aku ikuti,
Kadang ceramah-ceramahnya dimesjid sering aku ikuti dan aku praktekan dirumah, tapi satu yang belum bisa aku mengerti darinya, entah mengapa hingga 6 bulan pernikahan kami dia tidak pernah menyentuhku, setiap masuk kamar pasti sebelum tidur dia selalu mengawali dengan mengaji lalu tidur diatas hamparan permadani dibawah ranjang hingga terjaga lagi di sepertiga malam dan melaksanakan sholat tahajud,
Hingga suatu saat kak arfan jatuh sakit, tubuhnya demam dan panasnya sangat tinggi, aku sendiri bingung bagaimana cara menanganinya, sebab kak arfan sendiri tidak pernah menyentuhku, aku khawatir dia akan menolak aku bila aku menawarkan jasa membantunya,
ya Allah..Apa Yang harus aku lakukan saat ini, aku ingin sekali meringankan sakitnya, tapi apa yang harus saya lakukan ya Allah..
Malam itu aku tidur dalam kegelisahan, aku tak bisa tidur mendengar hembusan nafasnya yang seolah sesak, kudengar kak arfanpun sering mengigau kecil, mungkin karena suhu panasnya yang tinggi sehingga ia selalu mengigau, sementara malam begitu dingin disertai hujan yang sangat deras dan angin yang bertiup kencang..
Kasihan kak arfan, pasti dia sangat kedinginan saat ini, perlahan aku bangun dari pembaringan dan menatapnya yang sedang tertidur pulas, kupasangkan selimutnya yang sudah menjulur kekakinya, ingin sekali aku merebahkan diriku disampingnya atau sekedar mengompresnya, tapi aku tak tahu bagaimana harus memulainya,
Hingga akhirnya aku tak kuasa menahan keinginan hatiku untuk mendekatkan tanganku di dahinya untuk meraba suhu panas tubuhnya, tapi baru beberapa detik tanganku menyentuh kulit dahinya, kak arfan terbangun dan langsung duduk agak menjauh dariku sambil berujar
Afwan dek, kau belum tidur ?
Kenapa ada dibawah ?
Nanti kau kedinginan ?
Ayo naik lagi keranjangmu dan tidur lagi, nanti besok kau capek dan jatuh sakit?” Pinta kak arfan padaku,
Hatiku miris saat mendengar semua itu, dadaku sesak, mengapa kak arfan selalu dingin padaku , apakah dia menganggap aku orang lain, apa di hatinya tak ada cinta sama sekali untuk aku, tanpa kusadari air mataku menetes sambil menahan isak yang ingin sekali kuluapkan dengan teriakan, hingga akhirnya gemuruh dihatiku tak bisa kubendung juga 
Afwan kak, kenapa sikapmu selama ini padaku begitu dingin ?
Kau bahkan tak pernah mau menyentuhku walaupun hanya sekedar menjabat tanganku ?
Bukankah aku ini istrimu ?
Bukankah aku telah halal buatmu ?
Lalu mengapa kau jadikan aku sebagai patung perhiasan kamarmu ?
Apa artinya diriku bagimu kak ?
Apa artinya aku bagimu kak ?
Kalau kau tidak mencintaiku lantas mengapa kau menikahi aku ?
Mengapa kak ? Mengapa ?” Ujarku disela isak tangis yang tak bisa kutahan.
Tak ada reaksi apapun dari kak arfan menanggapi galaunya hatiku dalam tangis yang tersedu itu, yang nampak adalah dia memperbaiki posisi duduknya dan melirik jam yang menempel didinding kamar kami, hingga akhirnya dia mendekatiku dan perlahan berujar padaku 
Dek…jangan kau pernah bertanya pada kakak tentang perasaan ini padamu, karena sesungguhnya kakak begitu sangat mencintaimu, tetapi tanyakanlah semua itu pada dirimu sendiri, apa saat ini telah ada cinta dihatimu untuk kakak?,
Kakak tahu, dan kakak yakin pasti suatu saat kau akan bertanya mengapa sikap kakak selama ini begitu dingin padamu,
Sebelumnya kakak minta maaf bila semuanya baru kakak kabarkan padamu malam ini, kau mau tanyakan apa maksud kakak sebenarnya dengan semua ini..?. Ujar kak arfan dengan agak sedikit gugup, 
Iya tolong jelaskan pada saya kak, mengapa kak begitu tega melakukan ini pada saya ?
Tolong jelaskan kak ?” Ujarku menimpali tuturnya kak arfan
Hhhhhmmm, dek kau tahu apa itu pelacur ?
Dan apa pekerjaan seorang pelacur ?
Afwan dek dalam pemahaman kakak, seorang pelacur itu adalah seorang wanita penghibur yang kerjanya melayani para lelaki hidung belang untuk mendapatkan materi tanpa peduli apakah dihatinya ada cinta untuk lelaki itu atau tidak, bahkan seorang pelacur terkadang harus meneteskan air mata mana kala dia harus melayani nafsu lelaki yang tidak dicintainya bahkan dia sendiri tidak merasakan kesenangan dari apa yang sedang terjadi saat itu, dan kakak tidak ingin hal itu terjadi padamu dek,
Kau istriku dek, betapa bejatnya kakak ketika kakak harus memaksamu melayani kakak dengan paksa saat malam pertama pernikahan kita sedangkan dihatimu tak ada cinta sama sekali buat kakak, alangkah berdosanya kakak bila pada saat melampiaskan birahi kakak padamu malam itu sementara yang ada dalam benakmu bukanlah kakak, tetapi ada lelaki lain. 
Kau tahu dek, sehari sebelum pernikahan kita digelar, kakak sempat datang kerumahmu untuk memenuhi undangan bapakmu, tapi begitu kakak berada didepan pintu pagar rumahmu, kaka melihat dengan mata kepala kakak sendiri kesedihanmu yang kau lampiaskan pada kekasihmu boby, kau ungkapkan pada boby bahwa kau tidak mencintai kakak, dan kau ungkapkan pada boby bahwa kau hanya akan mencintainya selamanya, saat itu kakak merasa bahwa kakak telah merampas kebahagiaanmu dan kakak yakin bahwa kau menerima pinangan kakak itu karena terpaksa,
Kakak juga mempelajari sikapmu saat di pelaminan, bahwa begitu sedihnya hatimu saat bersanding di pelaminan bersama kakak, lantas haruskah kakak egois dengan mengabaikan apa yang kau rasakan saat itu, sementara tanpa memperdulikan perasaanmu kakak menunaikan kewajiban kakak sebagai suamimu dimalam pertama semenatara kau sendiri akan mematung dengan deraian air mata karena terpaksa melayani kakak?,
Kau istriku dek, sekali lagi kau istriku, kau tahu..
Kakak Begitu sangat mencintaimu dan kakak akan menunaikan semua itu manakala di hatimu telah ada cinta untuk kakak, agar kau tidak merasa diperkosa hak-hakmu, agar kau bisa menikmati apa yang kita lakukan bersama,
Dan alhamdulillah apabila hari ini kau telah mencintai kakak, dan kakak juga merasa bersyukur bila kau telah melupakan mantan kekasihmu itu, beberapa hari ini kakak perhatikan kau juga telah menggunakan busana muslimah yang syari,
Pinta kakak padamu dek,
luruskan niatmu, kalau kemarin kau mengenakan busana itu untuk menyenangkan hati kakak semata maka sekarang luruskan niatmu, niatkan semua itu untuk Allah ta’alaa selanjutnya untuk kakak..,
Mendengar semua itu aku memeluk suamiku, aku merasa bahwah dia adalah lelaki terbaik yang pernah kujumpai selama hidupku, aku bahkan telah melupakan boby, aku merasa bahwa malam itu aku adalah wanita yang paling bahagia didunia, sebab meskipun dalam keadaan sakit, untuk pertama kalinya kak arfan mendatangiku sebagai seorang suami,
Hari-hari kami lalui dengan bahagia, kak arfan begitu sangat kharismatik, terkadang dia seperti seorang kakak buatku, terkadang seperti orang tua, darinya aku banyak belajar banyak hal, perlahan aku mulai meluruskan niatku, dengan menggunakan busana yang syari semata-mata karena Allah dan untuk menyenangkan hati suamiku,
Sebulan setelah malam itu, dalam rahimku telah tumbuh benih-benih cinta kami berdua, alhamdulillah, aku sangat bahagia bersuamikan dia, darinya aku belajar banyak tentang agama, aku menjadi mutarobbinya, hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan, ternyata dia mencintaiku lebih dari apa yang aku bayangkan dan dulu aku hampir saja melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangan dia.
Aku pikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama diantara kami, setelah lahir abdurrahman, hasil cinta kami berdua, diakhir tahun 2008 kak arfan mengalami kecelakaan dan usianya tidak panjang,
sebab kak arfan meninggal dunia sehari setelah kecelakaan tersebut, aku sangat kehilangannya, aku seperti kehilangan penopang hidupku, aku kehilangan kekasihku, aku kehilangan murobbiku, aku kehilangan suamiku
Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat, yang tidak pernah aku lupakan diakhir kehidupannya kak arfan, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku
Dek.., Pertemuan dan perpisahan itu adalah fitrahnya kehidupan, kalau ternyata kita berpisah besok atau lusa, kakak minta padamu dek..,
Jaga abdurrahman dengan baik, jadikan dia sebagai mujahid yang senantiasa membela agama, senantiasa menjadi yang terbaik untuk ummat, didik dia dengan baik dek, jangan sia-siakan dia,
Satu permintaan kakak ..,
Kalau suatu saat ada seorang pria yang datang melamarmu, maka pilihlah pria yang tidak hanya mencintaimu, tetapi juga mau menerima kehadiran anak kita,
Dan maafkan kakak dek, bila selama bersamamu, ada yang kurang yang telah kakak perbuat untukmu,
Senantiasalah berdoa..,
Kalau kita berpisah didunia ini..
Insya Allah kita akan berjumpa kembali diakhirat kelak..,
Kalau Allah mentakdirkan kakak yang pergi lebih dahulu meninggalkan dirimu, Insya Allah kakak akan senantiasa menantimu..”
Demikianlah pesan terakhir kak arfan sebelum keesokan harinya kak arfan meninggalkan dunia ini, hatiku sangat sedih saat itu…,
aku merasa sangat kehilangan tetapi aku berusaha mewujudkan harapan terakhirnya, mendidik dan menjaga abdurrahman dengan baik…
Selamat jalan kak arfan..Aku Akan selalu mengenangmu dalam setiap doa-doaku, amiin
Wasalam
Read more

Tuesday, April 5, 2016

PENGORBANAN TERAKHIR SEORANG IBU

 

PENGORBANAN TERAKHIR SEORANG  IBU
Karya Siti Fatmah

Pada malam itu desa Sukamaju dihadang hujan yang deras beserta petir yang menyambar, saat itulah bayi Ibu Ruminah lahir . Ibu Ruminah adalah seorang janda yang suaminya telah meninggal saat bayi itu masih di dalam kandungan , proses kelahiran bayi itu dibantu oleh dukun beranak satu-satunya di desa itu. bayi itu terlahir dengan sempurna , Ibu Ruminah terlihat sangat bahagia akhirnya bayi yang ia kandung selama 9 bulan telah lahir dengan selamat dan sempurna, walaupun bayi itu terlahir tanpa seorang ayah.Ibu Ruminah memberi nama bayi cantik itu adalah Lestari atau biasa dipanggil Tari.

14 Tahun Kemudian…..
“Ibu, Ibu…” teriak seorang anak gadis. “iya nak, ibu disini” teriak sang ibu dari belakang rumah “ibu…., ibu dimana si”teriak anak gadis itu dengan wajah yang sangat marah. Ibu itu langsung menghampiri anaknya yang sedang marah.
“iya nak ada apa”Tanya bu Mina.
“Ibu gimana si, kuping ibu tuli hah, dipanggil gak dateng-dateng” Bentak anak gadis itu.
“Maaf nak, dibelakang ibu harus menyelesaikan cucian orang”jelas ibu itu dengan lembut.
“udah ah bu, aku mau makan , sekarang makanannya mana”ucap gadis itu.
“Iya, sebentar ya, ibu ambilkan makanan dulu, ”kata ibu Mina yang langsung mengambil makanan .
“yaudah cepetan, jangan lama”ucap gadis itu dengan kasar.
Setelah Ibu Mina mengambil makanan untuk anaknya yang bernama Tari. Tiba-tiba Tari langsung membuang makanan itu di hadapan ibunya.
“Astagfirullah alazim, kenapa kamu mumbuang makanan ini nak”ucap ibu Mina.
“Mau tau kenapa, Tari udah bosen bu makan tempe tahu terus setiap hari, Tari mau makan ayam bu”
“Nak uang ibu tidak cukup untuk membeli ayam, sudalah nak makan aja apa adanya , itu namanya kita mensyukuri nikmat yang sudah diberikan Allah kepada kita”
“Nikmat, ini yang namanya nikmat, makan cuman pake tahu ama tempe doang, pokonya tari gak makan kalau gak pake ayam, terserah ibu mau nyari uang dimana, yang penting tari mau makan ayam , kalau gak ibu tau sendiri akibatnya” ucap anak itu dengan mengancam.
“Iya nak, ibu akan berusaha untuk membeli ayam untuk kamu” kata ibu Tari
“Yaudah sana cepetan” ketus tari.
“oh, ya nak kamu hari ini tidak sekolah” Tanya ibu Ruminah.
“sekolah untuk apa, kalau ujung-ujungnya aku dikatain sama teman-teman karena punya ibu tukang cuci,dan miskin kaya ibu” kasar Tari.
“ya , Allah. Nak ilmu itu penting buat masa depan kamu”
“Ahh, ibu bawel, udah sana cepat beliin ayam, atau Tari kabur dari rumah ini” kata Tari dengan mengancam ibunya.
“Iya nak, ibu pergi dulu yaa, Assalamualaikum ” kata ibu Ruminah dengan lembut dan langsung pergi kepasar.

Sepanjang jalan menuju pasar , Ibu Ruminah hanya dapat permintaan memikirkan anaknya, dia sangat bingung bagaimana caranya dia dapat membelia ayam, sementara uang yang dia miliki hanya tinggal dua ribu rupiah.
“ Ya , Allah bagaimana caranya hamba bisa memenuhi keinginan putri hamba, tidak mungkin jika hamba hutang lagi kepada orang, pasti tidak ada yang ingin meminjamkan hamba uang , karena hutang hamba sudah banyak terhadap orang lain” ucap ibu Ruminah dalam hati . Tiba-tiba ibu Ruminah teringat dengan cincin pemberian Almarhum suaminya, lalu dia pun langsung melihat jari telunjuk yang terdapat sebuah cincin yang indah. Tanpa pemikiran panjang ibu Ruminah langsung menuju took mas , dia akan menjual cincin peberian almarhum suaminya, hanya untuk membeli ayam buat anaknya.
“Permisi, Pak saya ingin menjual cincin ini” Ucap ibu Ruminah.
“Coba saya lihat” ucap seorang penjual toko mas.
“Kalau boleh saya tau, berapa ya pak harganya jika cincin itu dijual” Tanya Ibu.
“Kalau cincin seperti ini mah palingan harganya , dua ratus ribu”
“Apa, dua ratus ribu, saya membeli cincin itu seharga lima ratus ribu.” Sahut ibu Ruminah
“Ibu, sekarang harga mas lagi turun kalau ibu mau jual ya harganya segitu” kata bapak itu dengan kasar.
“Yasudahlah pak, saya mau, tidak apa-apa” ucap ibu Ruminah
Lalu penjual toko itu langsung pergi mengambil uang. Ibu Ruminah hanya dapat berdiam, dia merasa sangat berdosa karena dia sudah melanggar janjinya untuk menjaga cincin pemberian suaminya.
“Mas, maafkan aku , aku sudah melanggar janji itu. Maafkan aku, ku terpaksa, aku tidak mau putri kita kelaparan” ucap Ibu Ruminah dalam hati. Tiba-tiba Bapak penjual toko mas menghampiri ibu Ruminah.
“Ini bu , uangnya” ucap bapak itu dengan memberikan uang dua ratus ribu, kepada ibu Ruminah
“terima kasih pak.” Sahut ibu Ruminah.

Ibu Ruminah langsung pergi ke kios ayam, dan dia langsung membeli ayam. Sesampai dirumah ibu Ruminah langsung memasak ayam untuk anaknya. Lalu setelah makanan untuk anaknya sudah siap , dia langsung memanggil anaknya.
“Tari,tari sini nak ayamnya sudah matang, ayo nak kita makan, Tari” teriak ibu Ruminah.
“Iiiiiiihh, ibu berisik tau.” Ucap tari.
“Ayo nak , makanannya sudah matang, ayo kita makan” kata ibu dengan halus.
“iya-iya.”
Lalu merekapun makan bersama dengan lahap.

Keesokkan harinya…..
Saat Ibu Ruminah dan anaknya Tari sedang menjemur pakaian di halaman rumah , tiba-tiba datang seorang perempuan cantik dengan memakai mobil mewah berwarna merah datang kerumah Ibu Ruminah, Ibu Ruminah sangat terkejut dengan kedatangn perempuan itu seperti ibu Ruminah mengenal perempuan itu. Lalu perempuan itu menghampiri Ibu Ruminah dan anaknya.
“Hai Ruminah , sudah lama yaa, kita tidak bertemu” sapa perempuan itu.
“Iya Sinta sudah lama kita tidak bertemu.”sahut ibu.
“Ibu, siapa wanita itu?” Tanya Tari.
“Kamu tidak mengenal saya Tari, apa ibu kamu tidak pernah menceritakan keluarga ayah kamu.” Jelas perempuan itu.
“Keluarga ayah, ibu dia tante aku” Tanya Tari .
“Iya nak , dia tante kamu dia adik dari ayah kamu, dia namnya tante sinta”jelas ibu Ruminah.
“Tante, kenapa ibu gak pernah cerita sama Tari kalau ayah masih punya keluarga” ucap Tari dengan nada kasar.
“Mungkin ibu kamu takut kalau kamu nantinya akan diambil, oleh keluarga ayahmu”Sahut perempuan itu
“Maksud tante, apa”Tanya Tari.
“Tante datang kesini hanya untuk, menjemput kamu nak, tante mau kamu tinggal di kota sama tante dan eyang disana.”
“Tidak, saya tidak mau Tari diasuh olek kalian, Tari ibu mohon sama kamu nak tolong jangan ikut tante itu” kata ibu Ruminah.

“ Tari, sayang kalau kamu ikut tante ya , tante jamin kehidupan kamu akan tercukupi, lagian kamu disana bukan hanya tinggal sama tante doang tapi ada eyang disana, lihat ibu kamu tu memang egois , masa dia biarin kamu sengsaran tinggal digubuk yang bau seperti ini, jadi kamu mau kan ikut tante.” Ucap tante Sinta dengan merayu Tari. Suasana dirumah itu sangat tegang dan Ibu Ruminah sangat ketakutan jika anak satu-satunya dia diambil oleh keluarga suaminya.
“Tari, ibu mohon nak” ucap ibu Ruminah.
“Maaf bu, Tari mau ikut tante Sinta, Ibu mau kan Tari sukses, jadi Tari memutuskan untuk ikut tante Sinta” kata Tari yang menyakiti ibunya. “Tarii ,nak”. Ucap ibu Ruminah dengan meneteskan air mata dipipinya.
“Bagus Tari, kamu memang anak yang pintar , ayo kita pergi sekarang dari gubuk ini,” ketus wanita itu.
“Ibu, Tari pergi dulu yaa” Pamit Tari.
“Tari…. Nak jangan tinggalin ibu” kata ibu Ruminah dengan berjatuhannya air mata dipipinya.

Taripun pergi bersama tante Sinta dengan meninggalkan Ibunya. Ibu Ruminahpun sangat sedih karena,anak yang dia kandung selama 9 bulan tega meninggalkan dirinya.

Jakarta, dirumah eyang Tari.
Taripun sudah sampai dirumah eyangnya yang sangat mewah menurutnya , dia sangat senang karena akan tinggal dirumah yang mewah ini.
“wah , rumahnya bagus sekali, lebih baik aku tinggal disini dari pada aku harus tinggal di desa bersama ibu” Ucap Tari dalam hati.
“Tari ayo masuk” kata tante Sinta.

Saat Tari masuk kerumah, wanita separuh baya menyambutnya dengan riang gembira Lalu wanita itu memeluknya , ternyata wanita itu adalah eyangnya Tari.
“Tari, ini eyang nak, eyang Titi.” Ucap wanita itu.
”eyang, Tari rindu sama eyang” kata Tari dengan memeluk eyangnya.
“Eyang juga rindu sekali sama Tari, ayo masuk Tari” ucap eyang Titi, lalu dia mengajak Tari masuk ke rumah mewahnya.
“ Tari, bagaimana kehidupan kamu disana”Tanya eyang Titi
“yaaah, dirumah ibu mah , gak enak nek, setiap hari makannya cuman tempe ama tahu.” Kata Tari.
“Terus gimana dengan sekolah kamu?” Tanya eyang itu lagi.
“ Tari gak sekolah enyang gak punya biaya”.
“Kalau kamu gak sekolah, apa yang kamu lakukan selama ini disana” Tanya Tante Sinta dengan nada suara yang agak keras.
“Yah , aku bantuin ibu kerja”
“Apa, kamu kerja keterlaluan sekali Ruminah, dia sudah membunuh kakakku dan sekarang dia tega menyuruh anaknya kerja, hanya demi kepentingan dirinya.” Ucap tante Sinta dengan nada yang keras.
“Apa, Ibu membunuh ayah, maksud tante apa”Tanya Tari dengan pikiran yang membingungkan.
“iyaTari, gara-gara ibu kamu, ayah kamu meninggal dan asal kamu tau setelah ayah kamu meninggal ibu kamu langsung pergi begitu saja membawa kamu, padahal kami ingin merawat kamu, tapi karena keegoisan ibu kamu , akibatnya kamu menjadi menderita seperti ini” jelas tante Sinta dengan tegas.
“Sudah-sudah yang penting sekarang Tari sudah sama kita, Tari kamu maukan tinggal sama eyang disini.” Tanya eyang.
“ya, pastilah eyang, Tari pasti mau tinggal disini, Tari gak mau tinggal dirumah orang yang sudah membunuh ayah” Ucap Tari.
“Bagus Tari , memang kamu harus seperti itu” ucap Tante Sinta, dengan senyum kecil dibibirnya.

Akhirnya Taripun tinggal dirumah eyangnya yang mewah itu bersama tante Sinta, sementara ibunya dilupakan begitu saja. Ibu Ruminah sangat merindukan Putrinya itu, setiap malam dia selalu berdoa agar putrinya dapat kembali kepelukannanya.
“ Ya, Allah ya Tuhanku, hamba mohon kepadamu kembalikanlah putri hamba ya Allah , hamba sangat merindukannya, sudah berbulan-bulan dia tidak datang kesini, ya Allah semoga anak hamba masih berada dijalanmu dan berilah dia kesehatan kepadanya ya Allah, Aminn.”Doa Ibu Ruminah.

Beberapa Tahun kemudian….
Hari ini Ibu Ruminah pergi ke kota hanya untuk menemui anaknya , dia sudah menjual rumah yaitu harta satu-satunya agar dapat menemui anaknya yang berada di kota. Sesampai dikota Ibu Ruminah langsung menuju rumah mertuanya dab disanalah tempat Tari anaknya tinggal.

Sampai di Rumah Eyang Titi.
Ibu Ruminah sudah sampai dirumah mertuanya itu, dia sedang berada di depan gerbang rumah mertuanya, lalu tiba-tiba mata ibu Ruminah tertuju kepada perempuan cantik memakai baju dress merah yang sedang duduk diteras rumah, dan ternyata perempuan itu adalah Tari anak Ibu Ruminah dia sudah menjadi gadis dewasa dan sangat cantik. Lalu Ibu Ruminah langsung menyebut nama Tari.
“Tari, Tari” teriak ibu itu. Tari melihat ibu itu, lalu diapun terus memperhatikan ibu itu. Tiba-tiba Tari menyebut ibu.
“Ibu” ucap Tari yang langsung menghampiri ibunya.
“Tari , ini ibu nak, ya Allah ternyata kamu sudah jadi gadis cantik yang dewasa.” Ucap ibu Ruminah.
“Ibu ,mau ngapain kesini” Tanya Tari dengan ketus.
“Ya Allah nak, ibu kesini mau melihat kamu, ibu rindu sekali sama kamu.” Kata ibu.
“Hah , rindu, udalah sebaiknya ibu pulang kampong sekarang juga, Tari gak mau melihat orang yang udah pembunuh ayah.” Ucap Tari yang langsung pergi meninggalkan ibunya. Ibu Ruminah hanya dapat berdiam memikirkan kata-kata anaknya, dia sangat bingung mengapa Tari bisa berkata seperti itu.
“nak, apa maksudmu ibu tidak mengerti, ini pasti ada kesalah pahaman, Tari ,Tari dengerin ibu nak”Teriak ibu Ruminah. Lalu seorang satpam mengusir ibu Ruminah.
“Ibu, sebaiknya ibu pergi dari sini, atau saya panggilkan polisi.” Kata satpam itu dengan kasar.
“Iya , baik pak”
“yasudah, sana cepat pergi” ucap satpan itu dengan nada suara tinggi.

Dirumah Tari semua keluarga disana sangat terkejud dengan kedatangan ibu Ruminah yang tak lain adalah ibunya Tari . Tiba-tiba seorang wanita cantik memanggil namanya.
“Tari” panggil seorang wanita .
“Tante Sinta” sahut Tari.
“Apa benar ibu kamu datang kesini, terus dimana dia?” Tanya tante Sinta.
“aku sudah usir tante” ucap Tari.
“Apa, kamu mengusirnya” ucap tante Sinta.
“iya, memangnya kenapa tante” Tanya Tari dengan wajah yang serius.
“Kenapa kamu mengusirnya walau bagaimanapun juga, dia tetap ibu kamu Tari”kata tante Sinta.
“tante ini gimana sih, kan waktu dulu tante yang nyuruhn aku untuk membenci ibu.”
“Iya, dulu tante memang berkata seperti itu, maafin tante Tari, tante sudah melakukan kesalahan yan besar” ucap tante Sinta sambil meneteskan air mata.
“Maaf tante , Tari sudah terlanjur benci sama Ibu , jadi Tari tidak bisa menerima ibu lagi”kata Tari yang langsung pergi menuju kamarnya.
“Ya Allah maafkalah hambamu ini” ucap tante sinta dengan berdoa.

Ibu Ruminah terus berjalan mengikuti kata hatinya, tak tau harus kemana dia pergi , kalau dia balik lagi ke kampong dimana dia harus tinggal, tapi kalau dia tetap disini menuggu anaknya, apakah mungkin anaknya mau menerimana dia atas kesalah pahaman ini. Saat ibu Ruminah sedang berjalan, tiba-tiba mobil berhenti dihadapanya, lalu keluarlah seorang pemuda dari mobil itu.
“Ibu, ibunya Tari ya”Tanya pemuda.
“ ya benar ,kamu siapa ya nak, kenapa kamu kenal sama anak saya” Tanya ibu Ruminah.
“oh ya bu ,perkenalkan saya Tio, kekasihnya Tari” ucap Tio dengan memperkenalkan dirinya.
“Ibu ingat, kamu yang tadi dirumah Tarikan.”
“Iya bu, oh ya ibu mau kemana?” Tanya Tio.
“Ibu, juga tidak tau nak mau pergi kemana.”
“Bagaimana , ibu tinggal dirumahku untuk sementara, sambil menyadarkan Tari.”ucap Tio
“Apa, tidak usah nak , nanti ibu malah merepotka kamu.”kata ibu Ruminah.

Ibu Ruminah terus berjalan mengikuti kata hatinya, tak tau harus kemana dia pergi , kalau dia balik lagi ke kampong dimana dia harus tinggal, tapi kalau dia tetap disini menuggu anaknya, apakah mungkin anaknya mau menerimana dia atas kesalah pahaman ini.

Keesokkannya….
Ibu Ruminah datang lagi kerumah Tari, tapi disana ibu Ruminah diperlakukan dengan kasar oleh anaknya sendiri, didepan eyang Titi dan tante Sinta.
“Ibu sebaiknya pergi dari sini, Tari gak mau melihat ibu lagi.” Kata Tari dengan kasar.
“Mengapa-mengapa kamu mengusir ibu, apa salah ibu Tari.” Tanya Ibu Ruminah , yang langsung meneteskan air mata.
“salah ibu adalah karena ibu, ayah meninggal , karena ibu semasa kecil aku selalu menderita, aku gak pernah bahagia kalau berada disisi ibu.”ujarku
“Nak, dengerin ibu, bukan ibu yang menyebabkan ayah kamu meniggal, itu semua sudah takdir Allah nak, lalu kalau ibu pulang kampong ibu mau tinggal dimana, rumah sudah ibu jual hanya ingin menemui kamu.” Ucap ibu.
“oooooo, jadi ibu kesini cuman mau minta duit sama , aku ini ini duit untuk ibu, jadi sekarang ibu pergi dari sini.” Ucap Tari dengan mengusir ibunya. Lalu tiba-tiba jantung Tari terasa sakit, dan Taripun jatuh pingsan. Semua yang berada disana langsung panik termasuk ibunya Tari.

Tari langsung dibawa kerumah sakit, sesampai di rumah sakit ,Tari langsung diperiksa oleh dokter, tidak disangka dokter bilang kalau Jantung Tari mengalami kebocoran jantung, keluarga Tari sangat tidak percaya dengan omongan dokter, karena selama ini Tari terlihat sehat-sehat saja, tapi mengapa tiba-tiba dokter bilang kalau Tari mengalami kebocoran jantung.
“Lalu bagaimana dok, caranya agar Tari sembuh?” Tanya eyangt Tari.
“cara satu-satunya adalah dengan mendonorkan jantung kepada Tari.” Ucap dokter itu.
“Dok, biar saya saja yang mendonorkan jantung untuk cucu saya, saya sudah tua sebentar lagi saya akan meninggal jadi biar saya saja yang mendonorka jantung untuk cucu saya.” Ucap eyang.
“Maaf, bu saya tidak bisa mengambil jantung orang yang masih hidup.” Jelas dokter itu, yang langsung meninggalkan keluarga Tari.

Ibu Ruminah sangat sedih karena anaknya mengidap penyakit yang sangat mematikan. Ibu Ruminah langsung pergi meninggalkan rumah sakit, dia tidak sanggup melihat anaknya menderita seperti itu, dia sangat sedih sepanjang jalan dia hanya dapat menangisi anaknya.
“ Ya, Allah mengapa kau memberikan penyakit kepada putri hamba, biarkanlah hamba yang memiliki penyakit itu ya Allah.” Doa ibu Ruminah.
Saat ibu Ruminah menyebrang jalan, tiba-tiba mobil hitam dari arah timur melaju kencang dan menabrak ibu Ruminah. Ibu Ruminah langsung dibawa kerumah sakit oleh orang-orang yang berada disana, sementara orang yang menabrak ibu Ruminah langsung diamankan oleh pejalan kaki.

Di Rumah Sakit……
Tari, masih terbaling lemah tidak berdaya. Eyang dan Tantenya hanya bisa mengharapkan suatu mukzizat agar Tari dapat sembuh.
“Sinta, apa mungkin ini suatu azab yang dikasih Allah kepada Tari, karena Tari sudah durhaka kepada ibunya.” Ucap eyang Titi.
“Ini semua salah Sinta, bu.. Sinta yang sudah membuat Tari menjadi anak durhaka.” Kata tante Sinta yang terisak tangisan. Tiba-tiba seorang dokter menghampiri mereka
“Ibu, kami mendapatkan kabar baik untuk Tari, kami sudah menemukan pendonor jantung untuk Tari.”ucap dokter itu.
“Apa, benar dokter, lalu siapa orang yang sudah mendonorkan jantungnya dok.” Tanya eyang.
“Dia adalah korban tabrak lari, lalu dia berpesan sebelum dia meninggal, dia ingin mendonorkan jantungnya untuk pasien yang bernama Tari, lalu ibu itu bernama Ruminah.” Jelas dokter.
“Apa, Ruminah.Astagfirulah alazim, ya Allah betapa mulia hati seorang wanita itu.” Ucap tante Sinta.
“Jadi bagaimana, kita segera lakukan operasi, bu.”ujar dokter itu.
“Baiklah lakukanlah dokter.” kata eyang.
Operasi itupun segera dilaksanakan, dan yang mendonorkan jantung untuk Tari adalah ibunya sendiri, dia relah menggantika nyawanya untuk anaknya itu.
Beberapa jam kemudian, dokter itu keluar dari ruang operasi dan mengabarkan operasi itu berhasil dilakukan Tari telah selamat dari maut yang mengancamnya, tapi dia telah kehilangan orang yang sudah melahirkanya.

Beberapa hari kemudian….
Tari telah sadar kembali ,dia sudah bisa membuka matanya. Saat mata dia membuka matanya, hanya ada eyang dan tantenya. Lalu Tari menanyakan keberadaan ibunya.
“Ibu, ibu.” Ucap Tari yang memanggil ibunya.
“Tari , sayang kamu sudah sadar nak.” Ujar eyang.
“Eyang, ibu dimana , Tari mau ketemu ibu.” Ucap Tari yang terus memanggil ibunya. Tante dan Ibunya hanya bisa berdiam membisu mendengan Tari mencari ibunya.
“Mengapa kalian diam, dimana ibu, Tari mau ketemu ibu, Eyang tadi Tari mimpi ketemu ibu, lalu ibu ninggalin Tari Ibu memberikan salam perpisahan sama Tari, eyang ibu mana Tari kangen sama ibu, Tari menyesal karena sudah bersikap kasar sama Ibu.” Kata Tari.
“Sayang, kamu harus tabah ya nak, ibu kamu… suda tiada lagi didunia ini, dia meninggal akibat kecelakaan tabrak lari.” Jelas tante Sinta.
“Apa, gak mungkin ibu, gak mungkin meninggal.”
“Tari kamu harus tau ini, orang yang sudah mendonorkan kamu jantung, itu adalah ibu kamu, dia yang sudah mendonorkan jantungnya untuk kamu, agar kamu tetap hidup.” Jelas eyang.
“ i i ibuuu, maafin Tari buu, Tari menyesal , ibuuu jangan tinggalin Tari.” teriak Tari yang terisak tangisan.

Tari sangat menyesal atas perlakuannya kepada ibunya , dia sangat sedih dan dia sangat terpukul atas kepergian ibunya , dia belum sempat meminta maaf kepada ibunya yang sudah melahirkannya . Dia berjanji dia akan selalu mendoakan ibunya setiap hari agar ibunya dapat diterima disisi Allah SWT, tetapi sampai kapanpun rasa penyesalan dia masih tetap membekas dihatinya.

Sayangilah ibumu dan Berikanlah kebahagiaan kepadanya, minta maaflah sebelum ajal datang menjemputnya.

SELESAI

PENULIS
Nama: Siti Fatmah
umur: 14 tahun
Nama Facebook: Fatmah Siti
Read more